Review Film The Menu, film dark comedy yang menegangkan

21 komentar
review film The Menu


Awalnya, saya enggan menonton film bergenre dark comedySelain karena saya tidak menemukan keseruan di dalamnya, saya juga harus banyak mikir dan berfikir keras mencerna pesan yang disampaikan dalam film bergenre dark comedy. Akan tetapi bukan berarti saya tidak pernah menonton film bergenre dark comedy sama sekali.
Knives Out, Don’t Look Up dan The Woman in the House Across the Street from the Girl in the Window adalah tiga film bergenre dark comedy yang pernah saya tonton (hingga tamat).

Knives out, cukup menghibur tetapi tidak dengan Don’t Look Up karena plot twistnya membuat saya kesal meski film ini dibintangi aktor handal sekelas Leonardo DiCaprio. Saya pun berhenti menonton film dark comedy setelahnya.

Namun saya terusik dengan poster film The Menu yang menampilkan aktor favorit saya yaitu Nicholas Hoult dan Ralph Fiennes.

Saya “jatuh cinta” keepada Nicholas Hoult sejak dia bermain dalam film About A Boy sebagai Marcus Brewer pada tahun 2002.

Ya! Usia Nicholas saat itu baru 13 tahun sementara saya baru masuk bangku kuliah. Aktingnya bisa dikatakan luar biasa untuk anak usia 13 tahun. Lebih luar biasa lagi ketika dia membintangi film Warm Bodies, Youn Ones, X-Men, Mad Max : Fury Road, Dark Places, Tolkien, Current War, Sand Castle dan Kill Your Freinds. Perannya random, tidak hanya berperan sebagai nice guys tapi juga bad guys. Bisa dikatakan kalau Nicholas Hoult adalah aktor multigenre. Begitu juga Ralph Fiennes.

Aktingnya yang luar biasa seakan menjiwai sebagai Lord Voldemort tidak diragukan lagi. James Bond era Daniel Craig pun menambah jajaran film berkualitasnya dilengkapi dengan The Kings Man.

Tidak diragukan lagi, setiap film Nicholas Hoult dan Ralph Fiennes tidak pernah terasa membosankan bahkan diluar ekspektasi. Hal yang sama berlaku untuk film The Menu.  Berikut review film The Menu dari kacamata penggemar film.

Review Film The Menu,  End course Mengejutkan


Tidak heran jika The Menu merupakan film bergenre dark comedy mengingat film ini di sutradarai Mark Mylod dan di produseri oleh Adam Mckay

Siapakah mereka? Mark Mylod terkenal dengan karyanya Game Of Throne sementara Adam Mckay dengan Dont Look Up , The Big Short, The Other Guys, Step Brothers, Daddy's Home dan Anchorman.
Dengan melihat posternya saja, saya yakin The Menu akan menampilkan cerita yang berkisah mengenai sajian menu dengan ending tak terduga seperti pembunuhan misalnya.

Namun pada akhirnya The Menu berhasil meyakinkan saya untuk menonton film ini hingga selesai. Mark Mylod dan Adam Mckay berhasil “kawin” sempurna dalam menghasilkan film dark comedy yang menegangkan berbalut komedi satire dan mencekam.



tayler dan margot film the menu 2022
Tayler dan Margot film The Menu 2023

Selain Nicholas Hoult, ada Anya Talyor-Joy yang juga adu akting secara langsung dengan Ralph Fiennas. Termasuk Hong Chau dan Jhon Leguizamo.

Tanpa bertele - tele dan to the point, film ini di buka dengan adegan manis dimana Nicholas Hoult bersama Anya Taylor-Joy hendak pelesir menggunakan kapal pesiar menuju pulau Howthrone demi menikmati fine dining seharga jam tangan Rolex karya chef Slowik yang diperankan Ralph Fiennas. Saya cukup terkesan dan dibuat penasaran dengan kisah selanjutnya yang akan disajikan film The Menu.

Angle kameraman yang handal saat menampilkan pulau Howthrone dari sudut aeril membuat saya terpukau. Pantai yang indah dengan deretan pohon mati di bibir pantai, kebun sayur organik dan bangunan utama yang minimalis namun modern membuat saya semakin berdecak kagum. Tak heran karena The Menu juga merupakan karya Cinematographer kawakan yaitu Peter Deming. Saya pun tak berhenti menonton meski saya menduga film ini akan penuh dengan komedi satire.

Hawthrone island, The Menu movie
Hawthrone island, The Menu movie

Saya tidak anti narasi satire, justru sebaliknya. Namun untuk memahami film dengan narasi serupa dibutuhkan pemahaman mendalam mengenai apa yang hendak di sampaikan oleh film bergenre dark comedy. Namun tidak demikian dengan The Menu.

Tak perlu memahami terlalu dalam atau berfikir keras lalu menduga - duga pesan utama dari film ini. Ketika scene dimana para turis menduga bahwa mereka akan mendapatkan fine dining istimewa dan mengenyangkan tapi kenyataanya tidak, narasi satire film The Menu sudah mulai dapat dipahami.

Terlebih ketika para karakter The Menu terkejut mendapati Chef Julian Slowik menyajikan main course berkonsep Gastronomi molekuler yang tampak sebagai menu omong kosong dengan tampilan berantakan. Kesan “Omong kosong” pun berlanjut ketika Chef Slowik berpesan :
“Jangan makan! Tapi cicipi, rasakan dan nikmati. Pikirkan setiap makanan yang kau taruh di mulutmu. Fokus. Namun jangan makan. Menu kami terlalu berharga untuk itu”.
Saya setuju dengan pesan yang disampaikan Chef Slowik karena begitulah cara menikmati makanan terlebih jika makanan tersebut seharga jam tangan Rolex. Namun tetap saja, bagi Margot, itu omong kosong, apalah artinya memahami sebuah makanan berkonsep premium tetapi perut masih keroncongan setelah.


Palate Cleanser, Menu dalam film The Menu
Palate Cleanser, Menu dalam film The Menu

Amuse Bouche, Menu dalam film The Menu
Amuse Bouche, Menu dalam film The Menu

Tyler Bullshit Menu dalam film The Menu
Tyler Bullshit, Menu dalam film The Menu

Passard Egg,  Menu dalam film The Menu
Passard Egg,  Menu dalam film The Menu

Namun bagi anda yang berprofesi sebagai chef tentu akan berpendapat lain, itu adalah karya seni tak ternilai. Seperti yang dirasakan oleh Tyler yang diperankan oleh Nicholas Hoult ( yang saya yakin dia adalah seorang koki ambisius ) yang begitu menikmati setiap suapan demi suapan menu yang disajikan Chef Slowik hingga ia menangis terharu mendengar narasi Chef Slowik di setiap hidangan. 

Sempat simpati namun akhirnya saya agak kesal dengan karakter Tyler,  itu artinya Nicholas Hoult begitu piawai memainkan peran Tyler.

Terlena dengan narasi Chef Slowik dan rasa penasaran yang membludak terhadap “bentuk” menu yang disajikan, saya tak berhenti menonton The Menu.

Seperti yang saya duga, film ini akan menampilkan scene sadis khas Midsommar yang dimulai dengan bunuh dirinya salah satu staff koki di Howthrone sebelum menu The Mess disajikan. Penembakan tersebut merupakan bagian dari konsep narasi menu yang disajikan, begitu ucap Chef Slowik.

Semua pengunjung terkejut dan masih menganggap penembakan itu hanya akting dan bagian dari teatrikal. Namun ketika Jari salah satu pengunjung di potong, praduga berubah menjadi rasa takut dan ketegangan tak berakhir hingga film The Menu usai yang ditutup dengan Chef Slowik menyajikan end course mengejutkan.


Review Film The Menu,  Menyindir Kultur Budaya Fine-dining

Seperti halnya saya dan Margot yang berpikiran sama terhadap konsep menu yang disajikan di Howthrone dan mengganggap semua itu omong kosong, The Menu dengan lantang dan terbuka menyiratkan pesan satire terhadap kultur budaya fine-dining yang biasa dilakukan oleh masyarakat kelas atas.

Sindiran satire begitu terasa melalui karakter, gestur, dialog, nama menu hingga respon serta komentar yang dilontarkan setiap karakter dalam film The Menu. Tracy dan Reiss yang menulis naskah film The Menu berhasil menyampaikan sindiran satire berbentuk cemooh terhadap kultur pada budaya fine-dining.


Chef Slowik dan karakter film The Menu
Karakter dalam  film The Menu

The Menu, film dark comedy yang menegangkan berbalut komedi satire dan mencekam
 Review film The Menu

Bahkan setiap karakter yang tersaji dalam film menggambarkan setiap aspek dan peran dalam kehidupan bermasyarakat, semua lapisan masyarakat. Sehingga sangat disayangkan jika anda melewatkan film The Menu begitu saja.

Pesan yang sama saya dapatkan di film Chef dan Burn out meski berbeda genre film yaitu sikap masyarakart kelas atas dan komentar kritikus makanan pada budaya fine-dining.

Ending The Menu Tak Layak jadi Spoiler, Biarlah Anda Menikmatinya


Trailer film The Menu

Watch the trailer above!! dan jangan menolak hasrat untuk menonton The Menu setelah anda membaca review film The Menu hanya karena saya menyimpukan maknanya  dengan begitu gamblang. Apa yang saya sampaikan hanya sebuah interpretasi dari sudut pandang saya yang tak paham dunia kuliner namun memahami bagaimana sebuah karya berusaha menyampaikan cerita.

Bagi saya, The Menu adalah pilihan tepat sebagai film yang dengan sengaja di tonton karena nihilnya film berkualitas setahun belakangan bahkan dalam deretan film Netflix, kecuali Wednesday tentu saja. 

Rating yang diberikani IMDB pada The Menu (7,3/10) membuktikan bahwa The Menu adalah film yang layak di tonton.

Jika anda menonton The Menu hingga akhir, saya yakin anda akan sependapat dengan saya dan mendapati empati serta simpati terhadap salah satu karakter yang bertahan hidup di akhir film. Anda juga akan menemukan alasan mengapa harus terjadi pembunuhan pada film The Menu.

Selamat menikmati sajian makanan yang dihidangkan di film The Menu dan merasa kesal dengan acting Nicholas Hoult kali ini.

Quote Chef Slowik dalam film The Menu
Quote Chef Slowik dalam film The Menu


Eka FL
Momblogger Bandung | Digital Illustrator & Graphic Designer | Agriculture and Landscape Architecture Bachelor Degree

Related Posts

21 komentar

  1. Ini emang film bikin perasaan ga campur aduk

    BalasHapus
  2. Baca keseluruhan reviewnya jadi pengen nonton. Aku nggak begtu paham sama film dark comedy dan nggak tahu juga apakah aku pernah nonton ya? 🤣 thank you reviewnya kak. Tulisannya baguusss ✨

    BalasHapus
  3. Ya elah. Jadi fine dining mah jangan dimakan konsepnya. Tengokin doang. Sama icip-icip doang.

    Mana kenyang? Hehehe

    The Menu. Menarik sih buat teman menghabiskan akhir pekan nih.

    BalasHapus
  4. Baru saja beberapa hari lalu melihat ini cuplikannya di aplikasi sosmed, saya tonton sebentar eh ternyata saya menemukan reviewnya di sini, saya awalnya udah aneh-aneh sih menunya saat disajikan apalagi sampai ada yang pingsan setelah makan salahs atu menu dan anehnya ga boleh ditolongin ya sama chefnya kalau ga salah saya lihat cuplikannya. Bikin penasaran jadi pengen nonton

    BalasHapus
  5. The Menu. Awalnya aku fikir ini beneran film comedy. Ternyata beda ya dengam dark comedy. Baca reviewnya menarik buat ditonton. Dulu aku suka nonton film-film sadis kayak gini. tidak lupa mata di tutup donk karena nggak sanggup nonton berdarah-darah. Hehe

    BalasHapus
  6. Hahaha, ya betul juga sih pesannya. Jangan dimakan, tapi dilihat, dicicipin secuil demi secuil sampai habis.

    Makanan seharga jam rolex itu ya gimana ya. Saya juga sayang kalau langsung hap.

    Tapu ya itu, mana kenyang..

    BalasHapus
  7. Kalau IMDb kasih ratingnya di atas 7 wokeh banget nih buat dimasukkan watch list.
    Apalagi ini genrenya gak berat tapi bermakna ya

    BalasHapus
  8. Duh gak terbayang bagaimana itu bisa nonton adegan sadis yang diperlihatkan. Mungkin kalau saya udah nyerah duluan, milih melipir dan nonton lagi kalau scene balik ke normal hehehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. Saya juga gak bisa nonton film adegan sadis gini. Ada darah, pistol dan pisau gak bisa nonton. Hehehe

      Hapus
  9. Aq belum pernah nonton film bergenre dark komedi kayak gini kak. Btw yang aq tangkep dari film ini salah satunya, kita mesti menikmati makanan dengan cara yang berbeda, bukam hanya asal kenyang tapi lebih ke menikmati rasa makanan tersebut

    BalasHapus
  10. kusudah nonton ini karena suami putarin filmnya... kukira film santai biasa karena judulnya kan The Menu. Jadi kupikir film tentang makanan gitu karena kami memang suka nonton Hell's Kitchen. Eeh kok lama-lama jadi menegangkan dan gore.. oke baik, setelah ditengok genrenya Horror/Thriller wkwkw Jarang-jarang nih film thriller ngusung konsep makanan. Bagus filmnya. Aku pun suka kak ehehe

    BalasHapus
  11. Kok aku jadi salfok sama menunyaa kak Eka wkwkw malah pengin cobain bikin jugaa bahaha.. kayaknya perlu ditonton nih aku suka lihat orang masak2 gini soalnyaa

    BalasHapus
  12. Jam segini baca artikelnya Kak Eka, malah fokus ke foto-foto makanan yang ada di film The Menu... hahaha. Tapi di saat yang sama, aku jadi penasaran sama film ini. Kayaknya boleh nih masuk di daftar tontonan weekend ini

    BalasHapus
  13. Dari judulnya kalau belum baca sinopsis, pasti aku mengiranya film ini tentang masak-masak dan pastinya asik buat ditonton. Ternyata diluar dugaanku, ada misterinya. Unik juga konsepnya, film tentang dunia chef atau masak-masak tapi ada bumbu pembunuhan, orang awam pasti mikir tentunya ada persaingan di dalamnya. Kan aku jadi penasaran juga. Tapi menegangkan ya

    BalasHapus
  14. Wuih jadi penasaran nih mau nonton. Meski sebenarnya saya juga masih berusaha tetap stay kalau urusan misteri di film karena seringnya merinding duluan hahaha

    BalasHapus
  15. Ya Ampun, makanan seharga jam tangan Rolex? Kalau saat ini rasanya masih sayang banget klo aku beli makanan seharga itu. Tapi jujur mb, baca reviewnya kurang tertarik utk nonton sayanya. Hehehe

    BalasHapus
  16. Duh pas banget jadi makin penasaran aku pengen nonton The Menu sendiri setelah baca reviewnya kak Eka. Soalnya beberapa hari lalu aku nemu potongannya seliweran di TikTok. Ternyata genre dark comedy ya. Kukira thriller awalnya. Buset banget ya fine dining seharga jam tangan rolex. Otw nonton pengen tahu endingnya apalagi pesan si chef kok unik.

    BalasHapus
  17. Di iklan Disney+ thrillernya kesannya horor. Ternyata baca review iya...haha...Maju mundur pengen banget nonton. Kayaknya nonton dari HP aja kalik ya...Kalau kecil kaan kalik engga horor...Penasaran sama platting fine dine, memang sih saya buat dimakan...

    BalasHapus
  18. saya fokus pada kata2 ini: boleh mencicipi tapi nggak boleh dimakan... biasanya makanan tersebut saking enaknya, istimewa, dan mahal harganya... yg gak mampu hanya boleh melihat dan menelan ludah sendiri.

    BalasHapus
  19. Sempat lihat cuplikan filmnya pas nonton film apa ya dulu itu di bioskop
    Udah kebayang sih pasti sadis filmnya. kayaknya aku gak bakalan berani nontonnya deh
    Takut kebayang-bayang jadinya. Eh tapi baca ini kok yo aku jadi penasaran juga haha

    BalasHapus
  20. Mengangkat tema kuliner yang dibalut dark comedy menurut saya adalah genre yang jarang diangkat ke layar lebar. Apa lagi penuh dengam sarkhasme yang agak yah yah gitu dheh...

    BalasHapus

Posting Komentar