Sebuah Opini : Eksklusivitas Pensil Warna

14 komentar
apakah pensil warna masih digunakan saat ini
source unsplash


Apakah pensil warna masih banyak digunakan saat ini? tentu saja. Tahun lalu saya diberi kejutan istimewa oleh sahabat pena saya sebuah pensil warna Derwent. Pensil warna yang bukan hanya harganya yang selangit, tetapi juga kualitas dan eksklusifitas pensil warna yang dimilikinya menjadikan Derwent sebagai pensil warna idaman saya.

Tak ayal, saya pun segera mencoba pensil warna Derwent Studio 72 dan saya suka sekali dengan hasilnya. Bahkan saya membandingkan penggunaan pensil warna Derwent dengan merk yang biasa saya gunakan. Terlihat jelas perbedaan mencolok dari kedua merk. Mana yang terbaik? Derwent tentu saja.

Saya pun tergerak ingin mengembangkan kemampuan saya dalam menggunakan pensil warna sebagai media membuat ilustrasi. Semangat dong, meski stigma terkait pensil warna sering saya temui.

Stigma Pengunaan Pensil Warna


Pensil warna hanya untuk anak PAUD dan TK? ilustrator iseng dan amatir? itulah stigma miring yang kerap saya rasakan. Ya memang pensil warna banyak digunakan oleh siswa TK dan SD karena kemudahan dalam menggunakan dan tidak kotor.

Selain itu juga muncul fenomena latah dikalangan ilustrator, yaitu penggunaan aplikasi ilustrasi. Sedikit banyak hal ini menyebabkan pamor pensil warna sebagai salah satu media seni visual kalah dibanding digital drawing. Memang, digital tools menawarkan efisiensi dan efektivitas membuat karya, bahkan memiliki fitur media semirip aslinya. Termasuk pensil warna.

Nilai Eksklusivitas Pensil Warna


Meski digital tools memiliki eksklusivitas karena efisiensi dan dinilai modern, tetapi digital tools tidak dapat memberikan kenikmatan dan kepuasan dalam menggoreskan pensil warna diatas kertas. Para seniman pensil warna pun aktif menggiatkan penggunaan pensil warna kembali melalui komunitas dan organisasi di social media termasuk Colored Pencil Society of America (CPSA) salah satunya. Ilustrator yang ber-niche pensil warna pun kembali bermunculan. Pada akhirnya mixed media digital dan konvensional pun berlanjut. Yah itulah namanya adaptasi teknologi.

Teknik dan metode baru dalam penggunaannya serta pengembangan teknologi pembuatan pensil warna pun berkembang. Dan kini pensil warna tidak lagi hanya dianggap sebagai media seni visual hanya untuk anak TK.

Secara pribadi, saya justru melihat pensil warna sebagai “nenek moyang” tools menggambar diatas tools menggambar lainnya. Mengapa? karena jika menurut sejarah, kemunculannya beriringan dengan munculnya pensil grafit sekitar tahun 1700 an. Pensil warna pun mengalami masa kejayaan pada tahun 1834 dimana Johann Sebastian Staedtler pemilik perusahaan Staedtler menemukan pensil warna pastel minyak. Kaget kan mengetahui betapa sudah tua nya usia Staedtler?

Sejak saat itu kemudian diciptakanlah pensil warna untuk seni pada tahun 1924 oleh Faber-Castell dan Caran d’Ache dan tahun 1938 oleh perusahaan Berol. Lalu pada akhir tahun 1930 akhir hingga 1940 awal , perusahaan Derwent, Progresso, Lyra Rembrandt, dan Blick Studio mulai memproduksi pensil warna untuk seni.

Inilah alasan mengapa pensil warna memiliki nilai eksklusivitas sendiri. Bukan hanya soal usia, tetapi juga banyak ilustrator yang secara khusus hanya menggunakan pensil warna sebagai media seni visual mereka. Meski tidak menutup kemungkinan mereka juga menggunakan media lain untuk membuat ilustrasi atau bahkan mixed media agar bisa di jual di NFT.

Perbedaan Kualitas dan Harga Setiap Merk Pensil Warna


Pada dasarnya, pensil warna merupakan pengembangan dari pensil untuk menulis pada umumnya. Tetapi, Pensil warna mempunyai sifat tidak luntur dan sulit dihapus juga memiliki banyak variasi pilihan warna. Selain itu, pensil warna juga memiliki jenis ketebalan dan kelembutan yang berbeda dengan pensil menulis sehingga cocok untuk mewarnai atau membuat gradasi warna.


hasil menggunakan pinsil warna derwent
Ilustrasi menggunakan pensil warna Derwent, artwork oleh ekafl ( penulis artjoka)


pensil warna derwent
Pensil Warna Derwent, hadiah dari kak Fanny 💓



Jika Pensil biasa berbahan dasar campuran grafit dengan tanah liat yang dilapisi kayu, maka pensil warna merupakan campuran pigment, (organic dan inorganic), Kaolin, Carboxy Methyl Cellulose, Wax, dan Surfactant (dictio.id).

Pernahkah anda bertanya - tanya mengapa pensil warna memiliki harga yang berbeda? kualitas warna yang berbeda? itu karena Pensil warna memang dibuat berdasarkan jenis harga, kualitas dan kegunaan yang berbeda.

Seperti pepatah ekonomi mengatakan, “ ada harga dan kualitas” maka hal yang sama pun berlaku untuk sebuah kualitas pensil warna. Kualitas merek dan harga dari sebuah pensil warna tergantung pada :
  1. Konsentrasi pigmen di inti
  2. daya tahan luntur pigmen
  3. daya tahan pensil warna
  4. kelembutan inti
Jadi jangan heran jika anda menemukan harga yang signifikan jauh berbeda antara satu merk dengan merk lainnya. Harganya pun tidak main-main, berkisar antara Rp 9.000 hingga Rp. 5.000.000. Mencengangkan bukan?

Bukan Lagi Sekadar Alat Gambar Anak TK


Anak TK juga ada yang mahir menggunakan pensil warna layaknya seniman yang menuju profesional. Instagram bahkan memunculkan banyak ilustrator pensil warna ( pencil colour illustrator) dari segala usia. Ditengah gempuran maraknya aplikasi ilustrasi di playstore dan meningkatnya user display tab, nyatanya pensil warna masih diminati oleh seniman terutama illustrator. Termasuk saya? tentu. Jadi, pensil warna bukan lagi sekadar alat gambar anak TK, tetapi naik level karena pensil warna memiliki nilai eksklusivitas sendiri yang berbeda dengan media gambar lainnya ( menurut saya ).

Referensi :
brainly.co
wikipedia
digtraksi.com
Eka FL
Momblogger Bandung | Digital Illustrator & Graphic Designer | Agriculture and Landscape Architecture Bachelor Degree

Related Posts

14 komentar

  1. Hai Mba Eka, salam kenal..baru kunjung ke sini terpukau dengan ulasan detail seputar pensil warna ternyata setua itu yah dan mencengangkan lagi melihat gambar Mba asli keren bingits..dan aku baru tahu merk Derwent ini mantap juga harganya ya Mba

    BalasHapus
  2. Sebagai orang awam yang memakai pensil warna untuk mewarnai gambar bareng anak saya yang masih TK, saya belum bisa menilai keunggulan suatu merk pensil warna dibandingkan merk lainnya.

    Mungkin, setelah baca artikel ini, saya baru bisa mutusin suatu merk itu unggul setelah melihat hasil karya itu sekitar 10-20 tahun lagi.

    BalasHapus
  3. Dulu sering sekali denger ucapan orang tuam ngapain beli pensil warna . bukan anak tk. sepertinya stigma pensil warna untuk anak tk itu masih nempel di org tuaku 😂 padahal banyak temanku yang suka koleksi untuk gambar mereka

    BalasHapus
  4. Setuju banget pensil warna punya nilai eklusifitas tersendiri. Apalagi buat seorang illustrator penting banget punya pensil warna yang kualitasnya tinggi karena mencerminkan hasil kerja yang dibuatnya.

    BalasHapus
  5. Aku setuju banget kalo pensil warna bukan sekedar alat gambar anak TK aja, menyadari anakku dan bapake suka banget gambar artistik/sketch entah itu orang/pemandangan/abstrak yg menggunakan pensil warna, ko hasilnya waah bangeeet.
    Dan iyess banget kalo ada harga ada jualitas, lumayaan kalo jajan alat gambar dan pensil warna demi sebuah hobi

    BalasHapus
  6. Wow keren, Mbak... Bagi saya dunia seni dan orang yang memiliki keterampilan membuat gambar atau karya seni itu hebat. Terutama yang mampu menghasilkan karya dari alat konvensional seperti pensil atau pensil warna. Eksklusif.

    BalasHapus
  7. Kemarin sempat rame tu tren healing dengan mewarnai. Banyak temen-temenku yang juga ikutan. Sampai beli berbagai macam pewarna.
    Jadi kayaknya sampai kapanpun pensil warna tetap bakal punya penggemar deh
    Tapi memang menyenangkan sih lihat kertas yang tadinya hanya hitam putih berubah jadi warna-warni sesuai kreasi masing-masing.

    BalasHapus
  8. Yang 5 juta yang seperti apa kira-kira ya pensil warna nya? Tapi ya memang harga tidak menjadi masalah kalau di tangan yang tepat, karena yang menjadi nilai utamanya adalah nilai manfaatnya.

    BalasHapus
  9. Aku jadi ngerti sejarah pensil warna. Sebelum ini aku juga bingung mba, kenapa pensil warna beda2 gitu harganya. Jomplang pula 🤣🤣🤣. Derwent sendiri aku belum pernah pakai hahahaha. Ya ga guna kalo buatku. Krn toh aku ga bisa gambar. Mewarnai okelah, tapi itupun standard. Ga yang spektakuler hasil colouringnya. Gradasi asal2an. Jadi buatku faber Castell udah cukup 😅. Cuma bagi mba Eka yg memang bidangnya di sini, Derwent pasti jadi senjata yg bagus.

    Cuma aku pernah ya mba beli beberapa pensil warna, yg biasa doang lah. Faber Castell, staedtler dan pas ke Jepang aku beli pensil warna merk Mitsubishi. Murah harganya. Buat anakku di rumah.

    Pas dicobain 1-1, si mitsubishi paling juara. Gula sih warnanya keluar bangettttt. Dan kayak empuk pas dipake. Tapi ga gampang patah. Aku nyesel beli 1 🤣🤣🤣🤣. Ntr ke Jepang lagi mau beli deh banyakan. Krn murah , LBH murah dr faber Castell 😅. Kalo buat anak2 sekolah mah, udah cukup bangettt.

    Tapi berasa Yaa, aku aja yg ga bisa menggambar kayak mba, ngeliat peralatan gambar yg aneka macem itu seneng sih. Rasa pengen dibeli semua, walopun kemudian sadar diri ga bisa makenya 🤣🤣

    BalasHapus
  10. Bahkan sekelas diriku saja masih punya pensil warna untuk mewarnai dan bikin mind mapping buat ngajar di kelas
    Liat artikel teh eka jadi ngiler mau beli pensil warna kaya teteh deh

    BalasHapus
  11. Waah aku baru tahu kalau pensil warna yg harganya beragam berasal dari konsistensi bahannya yg berbeda beda. Terimakasih sharingnya kak 🥰

    BalasHapus
  12. Suamiku masih setia gambar manual mbaaa pake pen dan tinta, walaupun jarang bgt pakai pensil warna karena dari dulu kebanyakan gambar hitam putih. Meskipun sering pakai media digital jg, tapi saya jd ikut punya pandangan kalau gambar manual tuh justru keliatan lebih orisinil aja gt apalagi effort-nya jg lebih besar. Mangat berkarya mbaaak

    BalasHapus
  13. Jujur saya suka pakai pensil warna karena ga kotor di tangan. Ragam warnanya juga so far masih lebih banyak.

    BalasHapus
  14. Lengkap sepertinya warna-warna nya ya kak Eka.
    Ini pasti bermanfaat buat ilustrator seperti kak Eka.
    Semangat terus berkarya kak

    BalasHapus

Posting Komentar