Akhir - akhir ini saya banyak pesimis, sedih dan cemas. Sakit menjadi salah satu alasan utamanya, ditambah terlalu banyak googling dan scroll sosmed. Dua hal ini ibarat koin dengan dua sisi, satu sisi baik tapi disisi lain berakibat buruk untuk kesehatan mental terutama bagi yang sedang sakit.
Siapapun yang berada dalam kondisi sakit dalam waktu cukup lama, apalagi hingga bertahun - tahun pasti akan mengalami mood yang pasang surut. Kadang semangat dan kadang jatuh sejatuhnya hingga merasa seakan tidak melihat satu titik cahaya pun. Saya rasa ini dinamika survival. Tahapan yang pasti dilalui semua hingga akhirnya apa yang diharapkan tercapai. yaitu kesembuhan atau berpulang.
Sakit yang saya derita bisa dibilang usianya baru seumur jagung jika dibanding survival lain yang bertahun - tahun. Sakit diabetes, kanker, TBC, jantung atau yang lainnya. Rasa sakit karena penyakit yang diderita, semangat yang harus selalu dipupuk dan lain sebagainya menjadi irama kehidupan kami para survival kesembuhan selalu kami alami, setiap hari. Pesimis, harus dilawan. Sungguh perjuangan lain yang harus dilalui.
Kambuh Lagi, Kena Lagi
Dua minggu sudah saya mengalami gejala batu empedu dengan indikasi cukup berat. Setelah keluar dari UGD pulang membawa hasil tes darah dan urine yang menunjukan positif mengidap batu empedu, membuat mental saya jatuh.
“Kena lagi?”
Begitu pikir saya. Tapi tidak aneh sih, pola hidup saya sebelum april sangat tidak sehat dan kotor mengakibatkan batu empedu muncul lagi. Begadang, kopi, kurang tidur, kurang minum, makan terlalu banyak dan tidak terkontrol. Ini hukuman bagi saya karena terlalu berlebihan mengejar passion dan ambisi. Dan sekarang saatnya saya membayar dosa- dosa saya.
Tapi hukuman ini terasa sangat berat. Terutama pada seminggu lalu dimana saya menemukan urine saya berbusa dan coklat, BAB putih seperti dempul dan seluruh badan saya hingga mata menguning. Saya cemas, saya merasa dekat dengan kematian. Entah apa yang sedang terjadi dalam tubuh saya, kanker pankreas? bocor batu empedu? batu empedu menghambat jalan menuju usus? apapun bisa terjadi. Rasa cemas dan pesimis ini saya rasakan cukup berat.
Yang lebih berat adalah, saldo kami nol rupiah dan aktivasi BPJS terhalang tutupnya kantor BPJS karena PPKM.
Kunjungan ke poli bedah dan USG pun tak bisa dilakukan. Saya selalu berdo’a, semoga dilancarkan semua proses penyembuhan dan pengobatan, entah itu ke dokter atau alternatif dalam sujud tahajud istikharah.
Pengobatan alternatif menjadi jalan berobat saya sekarang. Meski ragu, tapi inilah jalan ikhtiar yang bisa saya lakukan saat ini. Hasilnya memang tidak instan, butuh proses. Lipoma saya aja baru bisa kempes setelah sebulan lebih. Tapi Kempes dan sembuh. Itu saja yang saya yakini mengapa memilih berobat alternatif. Lipoma aja bisa kempes, insya allah lah yang didalam juga bisa sembuh. Sabar aja.
Afirmasi positif saya lakukan setiap hari. Melihat anak - anak, memeluk mereka, menonton film dengan tokoh super woman, dengerin kpop, joget, nyanyi, chat sahabat, dengerin murotal sebelum tidur, peluk pasangan hingga memelihara kucing baru.
Apakah saya bisa optimis setiap hari? oh no!
Yang terberat adalah kemarin, ketika saya scroll media dan mendapati kabar salah satu teman blogger meninggal setelah survive dari covid dan terkena gagal ginjal. Seketika pertahanan optimis saya runtuh. Saya merasakan pesimis dan cemas yang teramat sangat, Saya TAKUT.
Pasalnya, saya adalah penyintas covid juga. Saya takut si covid ini “kenalan” dengan batu empedu saya dan bikin si batu empedu ke trigger kambuh. Seketika saya takut sakit saya ini parah sampai harus masuk rumah sakit, dirawat dan meninggal.
Sedih saya memuncak ketika BW ke blog almarhum dan membaca cerita perjalanan almarhum menghadapi sakitnya. Saya gak kuat baca lebih lanjut dan disudahi di pertengahan. Saya menangis sejadi - jadinya, di kamar mandi.
Rasanya saya pesimis dan tak punya harapan lagi. Apa yang harus saya lakukan dengan hidup saya kini? beban sakit tak berkesudahan sejak april? gak bisa ngeblog lagi, kerja lagi seperti dulu dan Passion apa yang harus saya kejar agar hidup saya semangat lagi?
Saya bisa merasakan sakit yang almarhumah rasakan. Menahan sakit batu empedu selama lima hari aja udah cukup bikin saya seperti orang gila, dan bahkan dalam keadaan menahan sakit pun saya masih bisa kerja karena tuntutan profesionalisme dan tanggung jawab. Gila gak tuh? ambisi itu? oh No! bukan ambisi. tapi tanggung jawab.
Saya juga merasakan sulitnya mengendalikan pesimis dan cemas. Pesimis dilawan setiap hari lewat afirmasi dan bla - bla - bla. Kadang berhasil kadang tidak.
Lalu akhirnya perjuangan berakhir dengan kematian. Tampak sia- sia! Tapi kematian, siapa yang bisa melawan? itu takdir dan kehendak Allah. Semoga dengan sakit yang dirasakan segitu hebatnya, mengendalikan pesimis dan berusaha untuk tetap sabar dan ikhlas menjadi penggugur dosa menghadapi alam barzah.
Kematian,
Saya tidak takut akan kematian tapi takut menghadapi hidup setelah kematian. Apa yang akan saya alami? saya banyak dosa, teramat banyak sehingga saya takut menghadapi siksa kubur. Saya sudah mengalami banyak hal yang buruk ketika hidup didunia, masa di alam barzah juga harus menderita? saya gak mau.
Lucunya, saat saya masih bergelut dengan drama keluarga ketika masih SMA saya hampir melakukan tindakan meregang nyawa dan gagal. Dan sekarang malah takut menghadapi kematian. Ironis bukan?
Ritual Atasi Pesimis
Rasa cemas dan takut ternyata membuat saya sakit lagi. Perut terasa begah dan sakit di punggung gak hilang - hilang. Stress dan cemas nampaknya memicu saya kambuh lagi.
Akhirnya saya jadi pesimis, bisa sembuh gak sih hanya dengan berobat alternatif? gimana nih? badan masih kuning aja, mata apalagi. Urine masih coklat. Tapi saya lapar terus! kan aneh.
Yah, harus sabar. Karena sekarang saya tak punya pilihan berobat lainnya. Ke dokter butuh biaya yang besar dan saya gak bermaksud open donation atau semacamnya. Saya gak mau.
Saya ikhtiar ke alternatif saja. Dan semoga Allah ridha dengan jalan ini.
Akhirnya, rasa takut yang saya alami, akhirnya harus saya lawan. Caranya? slow living!
Thank to kak Novya yang menulis tentang manfaat slow living untuk hidup lebih bahagia. Akhirnya saya mencoba untuk enjoy dan masa bodo dengan apa yang saya hadapi setiap hari demi kesembuhan saya. Saya gak boleh stress dan try to be happy.
Rumah berantakan? biarin aja, ntar lagi diberesinnya,
Mau rebahan dari pagi sampai siang? rebahan aja,
Anak - anak berantem? selonjoran deh sambil makan semangka, habis itu baru deketin mereka tanpa amarah.
Banyak - banyak memeluk anak - anak dan tertawa dengan mereka, hadir dengan mereka. Menemani PJJ dengan hati yang tenang.
Lawan pesimis dengan, TAWAKAL dan IKHTIAR.
Hanya itu yang bisa dilakukan. Apapun yang Allah SWT berikan saat ini adalah yang terbaik menurutNYA. Meski ibadah dirasa paket minimalis dan dosa paket maximal, tapi saya harus yakin kalau lautan maaf Allah lebih luas dari dosa - dosa kita.
Allah mungkin rindu keluhan dan air mata dalam sujud, suara kita membaca ayat-ayatNYA, rintihan doa serta hidup dalam ketenangan dan bukan dalam kecepatan membabi buta mengejar passion dan ambisi. Allah mungkin ingin saya berhenti, menikmati dunia dan hidup untuk saat ini. Slow Living.
Berbaik sangka aja sama Allah. Berprasangka buruk aja udah jadi bagian dosa kan? daripada nambah dosa, lebih baik pasrahkan semua kepada Allah dan tetap ikhtiar. meski harus mengalami roller coaster semangat dan mood setiap hari, yah jalani. Meski harus melewati rasa sakit lagi dengan segala drama nya. Yah, jalani aja. Dengan mencoba menerima keadaan dan yakin kalau ini salah satu bentuk kasih sayang Allah SWT.
Meski segala upaya sudah dilakukan dan hasilnya adalah, kematian. Ya sudah. End of Story. Perjalanan saya sampai disana. Sekarang tugas saya hanya, bertaubat, tetap menjalani pengobatan, banyak beribadah dan berbuat baik, sabar, ikhlas, banyak habiskan waktu dengan keluarga dan slow living. Too perfect ya, tapi gak ada pilihan lain kan? mau ngamuk - ngamuk dan protes sama Allah juga gak bisa ( dan bgak boleh ) kan? hehehe
Yo wis, jalani!!
Masih terdengar pesimis seakan menunggu kematian? bukankah setiap dari kita menunggu kematian? entah karena sakit, kecelakaan atau hal lain. Hanya tidak depan mata banget sih, beda dengan sakit. Jadi ya siap - siap aja.
Pemikiran begitu malah membuat saya semangat dan bisa melawan pesimis. Saya harus sembuh, agar saya bisa beribadah lebih banyak lagi. Semoga kesempatan itu Allah berikan kepada saya lewat kesembuhan.
Oleh sebab itu, lewat tulisan ini saya ingin meminta maaf yang sebesar - besarnya kepada semua teman - teman yang kenal atau tidak dengan saya. Mohon maaf segala ucapan, tindakan dan tulisan yang kurang berkenan dan menorehkan rasa tidak suka, kecewa hingga benci atau ilfil.
Stay safe, healthy and happy yaa teman - teman.
اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذَ بِكَ مِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ ومن عذاب النار، وَمِنْ فِتْنَةِ الْمَحْيَا الْمَمَاتِ وَ مِنْ فِتْنَةِ الْمَسِيحِ الدَّجَالِ
“Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari adzab kubur, azab neraka, cobaan hidup dan mati, dan fitnah Dajjal yang terhapus dari rahmat Allah.” (Sadam Al-Ghifari/ Nashih)
Posting Komentar
Posting Komentar