Malaikat Tak Bersayap Itu Bernama, Ibu. Pagi itu cerah dan matahari bersinar hangat. Saya duduk di depan teras sambil menyeruput teh manis di temani goreng ulen dan obrolan hangat bersama ibu. Nikmat sekali, bahkan kami mengobrol di temani lagu kpop favorit saya dan ibu tidak keberatan, hehe
Sambil ngobrol banyak hal, saya memperhatikan betapa sayangnya saya dengan sosok yang satu ini. Ibu adalah sosok yang tegar dan kuat sekaligus bagai malaikat tak bersayap bagi saya.
Walau ibu bercerita banyak hal sambil tersenyum dan tertawa lebar, saya bisa melihat banyak sekali gurat kesedihan dan kerapuhan di setiap keriput yang mulai muncul di wajah ibu. Seketika rasa sesal menyeruak dalam dada saya, rasa sesal karena pernah menyakiti Ibu.
Hal ini membuat saya selalu bertanya, masih adakah waktu bagi saya untuk dapat membuat ibu bahagia ? masih banyak kah waktu yang tersisa bagi saya untuk mewujudkan impian Ibu?
Saya terus menanyakan hal yang sama pada Tuhan di setiap sujud. Rasa sesal yang bergelayut dalam hati saya bersumber pada satu hal, dosa besar yang saya takut Tuhan akan murka karena dosa saya itu.
Dosa saya adalah pernah membenci Ibu saya dalam waktu yang cukup lama dan menyalahkan Ibu atas semua peristiwa buruk yang terjadi dalam hidup saya. Kami bahkan hidup bertahun - tahun lamanya dalam konflik tiada akhir dan setiap bertemu sering bertengkar hebat berujung saling menyakiti.
Mengapa saya pernah membenci ibu saya dan menyalahkan ibu atas semua peristiwa buruk dalam hidup saya sampai sekian lamanya?
Tumbuh Dengan Rasa Kesepian
Saya anak pertama dari tiga bersaudara. Kedua orangtua saya bekerja setiap hari dan libur hanya di hari Minggu. Hal ini menyebabkan saya sering di tinggal sendiri di rumah dengan adik.
Ada rasa sepi selama saya ditinggal bekerja oleh orang tua saya. Karena, setiap hari saya berangkat sekolah, makan siang dan mengaji sendiri. Tanpa memberi salam atau disambut pulang sekolah dengan gembira oleh ibu. Selain itu saya juga harus menjaga dan menyiapkan segala keperluan adik saya.
Tidak jarang saya juga bermain sendiri, karena teman - teman seumuran saya rumahnya jauh.
Hal ini membuat saya tumbuh menjadi anak yang kesepian dan tidak percaya diri.
Hal ini ditambah dengan hubungan saya dengan orangtua sangat kaku dan formal. Ibu memiliki karakter agak keras, begitu juga ayah.
Ayah sangat disiplin dan galak. Beliau termasuk orang tua yang tidak bisa mentolerir kesalahan meskipun usia saya masih sembilan tahun. Hukuman fisik sudah jadi langganan saya ketika saya melakukan kesalahan. Bentakan dan kata - kata kurang pantas juga sering saya terima. Terkadang saya lari ke pelukan ibu untuk mencari perlindungan, tapi naasnya ibu lebih sering diam ketimbang menghibur saya apalagi meraih hati saya.
Hal ini terkadang membuat saya berfikir kalau saya ini anak adopsi dan bukan anak kandung mereka. Rasa kesepian ini ditambah dengan keinginan saya yang kuat untuk memiliki ibu yang lemah lembut dan pengertian, tapi kenyataannya ibu adalah ibu yang tidak demikian. Benih tidak suka dan agak benci ibu berawal dari sini. Mungkin lebih tepatnya bukan benci, tapi kecewa.
Terkadang saya tidak mengerti, kenapa ibu selalu galak dan bersikap kurang lembut pada saya? apa saya anak yang nakal? apa saya menyebalkan? apa saya kurang pintar?
Saat itu saya tidak bisa menemukan jawaban apapun. mengingat usia saya masih sembilan tahun. Tapi sayangnya, perasaan ini terus berlanjut bahkan ketika saya mencapai usia sekolah menengah atas karena saya masih merasakan ibu masih tetap sama, sering marah dan galak. Tak ada sama sekali bayangan atau sebuah opini tentang ibu sebagai malaikat tak bersayap di benak saya saat itu.
Perceraian Orangtua
Saya masih ingat, saat itu pertengahan bulan Juni tahun 1999. Suatu pagi yang cerah dan langit berwarna biru serta awan berarak ditemani matahari yang teduh . Pagi hari yang sempurna. Tidak ada tanda kemurungan.
Pagi itu saya, ayah, ibu dan kedua adik sarapan bersama seperti biasanya. Saya duduk manis menunggu ibu menyiapkan sarapan sementara adik bernyanyi riang. Lalu kami sarapan bersama dengan nikmat.
Lalu tiba-tiba tanpa peringatan dan aba-aba, ayah dengan wajah tegang dan kaku berkata,
“ jadi, teteh sama aa mau ikut siapa? Ayah atau ibu?”
DARR!!! Saya merasa seperti terkena sambaran petir saat itu juga!!
Saya hanya bisa berkata dalam hati, “what?!!! Apa Apaan ini??? Maksudnya ayah sama ibu mau cerai? On no!“
Seketika saya seperti terkena sengatan listrik yang membuat sekujur tubuh saya berubah menjadi kaku dan kelu. Hilang semua kata dan pikiran. Pagi itu laksana hujan badai disertai amukan kilat, tak seindah cuaca cerah di luar sana. Sungguh ironis.
Saya melihat Ibu hanya mampu berteriak seraya berkata, “ apa-apaan ini ayaaah? ayah bercanda? Maksudnya apa iniiiiii?” sambil terus menangis tiada henti.
Ayah tidak menggubris pertanyaan dan tangis isak Ibu, ayah pergi meninggalkan meja makan dengan layu dan punggung tertunduk rapuh lantas berlalu meninggalkan kami di meja makan masih duduk tegang dan kaku.
Saya bisa apa? Selain duduk mematung dengan pikiran berkecamuk tak percaya. lalu saya ingat harus sekolah, seketika saya bangkit dan berusaha memecahkan kekakuan tubuh lalu bergegas berangkat sekolah. Saking bingung dan masih merasa tidak percaya, saya berangkat sekolah seakan kejadian tadi pagi tidak terjadi. Saya bahkan gak nangis!
Sejak kisah pagi yang tragis itu, hidup saya tidak pernah sama lagi. Saya rasa, inilah akhir dari segala drama keluarga selama ini. Drama keluarga? Iya, drama keluarga dimana ayah dan ibu sebelum kejadian naas itu memang sering bertengkar. Mereka kerap bertengkar hampir di setiap kesempatan.Entah apa yang diributkan, semua pertengkaran selalu berakhir dengan teriakan, bentakan dan bantingan pintu kamar tidur.
Orang Tua saya memang bukan orang tua yang harmonis sejak awal pernikahan mereka. jadi sebetulnya, walaupun mereka akhirnya bercerai juga saya tidak heran. Tapi tetap saja, menghadapi gerbang perceraian mereka di depan mata rupanya membuat saya syok dan meninggalkan bekas luka yang selalu basah dan tak kunjung sembuh.
Saya pun merasa perceraian mereka disebabkan oleh ibu yang tidak mampu menjaga dan melindungi keluarga hingga akhirnya mereka berpisah. Kalau saja ibu tidak selalu marah - marah dan galak, saya yakin ayah akan betah di rumah. Kalau saja ibu tidak egois dan gak selalu ingin didengar, ayah pasti gak akan lari dari pernikahan. Kalau saja. Semua gara - gara Ibu!! kadang saya sesumbar dalam hati, apa itu istilah ibu sebagai malaikat tak bersayap? nonsense!!
Konflik Tiada Akhir
Setelah perceraian mereka, drama keluarga pun dimulai. Urusan hak asuh anak, uang bulanan sampai pernikahan ibu yang kedua. Baik Ibu maupun saya, kami masing - masing berjuang menghadapi perceraian.
Ibu yang berusaha menyusun kembali serpihan emosi dan kewarasannya sendiri dan saya yang depresi karena merasa kehilangan sosok ayah dan keluarga yang tidak utuh.
Kami tidak bisa saling menguatkan karena ibu enggan membagi rasa sedihnya dan melimpahkan tugas domestik pada saya, seperti urusan memasak, mencuci, menyetrika, membersihkan rumah sampai urusan sekolah kedua adik saya.
Sementara ibu banyak menghabiskan waktu di kantor dan dengan bebas pergi kemanapun dia suka dan lupa kalau dia punya anak - anak rapuh yang harus diperhatikan di rumah. hal ini kemudian yang membuat saya semakin kecewa dan membenci ibu. Hal ini bahkan berlanjut sampai saya lulus kuliah dan mulai bekerja.
Lelah dengan semua emosi negatif yang saya rasakan baik terhadap ibu dan hidup saya, akhirnya saya memutuskan untuk mengubah hidup saya, selamanya.
Sebuah Titik Balik
Amarah, kecewa dan rasa kesepian yang menggelayuti hidup saya selama bertahun - tahun akhirnya menemui titik terang cahaya. Cahaya itu adalah Keenan, anak saya yang pertama.
Setelah menikah dan menjadi ibu akhirnya saya bisa memahami Ibu dan mencoba mengerti dan memaafkan ibu bahkan menyesal pernah membenci ibu segitu hebatnya.
Proses ini tidak mudah dan panjang sekali. Prosesnya di mulai sejak saya masih kuliah tingkat D3 dulu sampai saya menikah. Setiap proses terasa sangat berat karena berbenturan dengan ego dan trauma.
Trauma dari perceraian dan bagaimana dulu saya diperlakukan kasar semasa kecil berimbas pada cara saya mengasuh anak saya. Trauma yang akhirnya baru terselesaikan setelah lebih dari dua puluh tahun berjuang.
Pada akhirnya saya memahami bagaimana sudut pandang ibu tentang semua ini. Seperti kepingan puzzle, saya mencoba menyusun satu per satu bagian cerita dari sudut pandang ibu sebagai pribadi dan ibu sebagai ibu.
Ibu Juga Manusia
Ibu juga manusia, perempuan yang memiliki perasaan, harapan, cita - cita dan keterbatasan. Gelar Ibu tidak serta merta menjadikannya makhluk sempurna tanpa cacat. Sebagai pribadi, ibu juga berproses menemukan jati dirinya.
Ibu juga punya rasa sakit dan trauma.
Saya masih ingat, Ibu pernah bercerita mengenai trauma yang beliau rasakan saat masih kecil. Saat itu usia ibu sekitar sepuluh tahun dan seperti kebanyakan anak di usia tersebut terkadang bermain bersama teman terkadang juga bertengkar.
Naasnya, ketika ibu bertengkar dengan salah satu temannya, Ibu dari teman ibu saya itu mengadu pada kakek kalau pertengkaran anak mereka di sebabkan oleh Ibu saya, padahal teman Ibu saya itu yang memulai lebih dulu. Akibatnya, Ibu mendapat hukuman dari Kakek. Dengan menggunakan sapu lidi, pantat dan kaki ibu dipukul hingga memerah dan bengkak. Ya Tuhan, kalau mengingat cerita Ibu itu, hati saya sedih.
Ibu adalah anak kelima dari 8 bersaudara. Keluarga ibu termasuk keluarga kaya tapi gak kaya - kaya amat, cukup berada sampai kakek dan nenek waktu itu bisa menyekolahkan anak - anaknya hingga SMA.
Kakek adalah seorang perwira ABRI berpangkat, saya tidak tahu pangkatnya apa tapi kakek pernah menjadi pemimpin sebuah tim saat ada konflik di Irian Barat dulu. Sementara nenek adalah keturunan bupati Cianjur, jadi bisa di bilang nenek berasal dari keluarga Raden.
Keluarga ibu cukup keras dan disiplin dalam mendidik anak - anaknya. Ibu juga sering merasa diperlakukan tidak adil mengingat ibu anak ketujuh dari delapan bersaudara. Ibu juga mengalami masa sulit di sepanjang masa mudanya. Banyak impian Ibu yang harus kandas demi kakak dan juga kami anak - anaknya.
Sewaktu kecil, Ibu memiliki hobi dan cita - cita sebagai penulis dan pelukis. wahh ternyata hobi ibu menurun pada saya ya, hehehe. waktu kecil ibu sering mengikuti lomba menggambar dan juara. Karena kakek dan nenek tidak menyetujui hobi ibu, jadi ibu mengikuti setiap perlombaan dengan diam - diam. Lalu darimana ibu mendapat alat tulis dan gambar? dari setiap hadiah lomba yang ibu terima. waahhh, ibu hebat yaa.
Saya rasa pengalaman ibu semasa kecil membuatnya menjadi pribadi yang kuat, tangguh dan keras. Ibu berusaha untuk selalu berjuang dalam hidupnya. Memperjuangan harapan dan cita - citanya. Berjuang untuk mendapat kasih sayang dari keluarga dan orang sekitarnya. Saya bisa merasakan, ibu juga tumbuh dalam kesepian dan merasa kurang disayangi.
Dengan Memahami bagaimana hidup ibu semasa kecil hingga dewasa, membuat rasa benci saya perlahan luntur.
Kebencian saya terhadap ibu semakin luntur setelah saya menikah. Saya merasakan sendiri betapa sulitnya mempertahankan biduk rumah tangga. Tak semudah membalikan telapak tangan. Setelah saya sendiri mengalami konflik rumah tangga dan menjadi ibu bagi kedua anak saya, akhirnya saya paham bagaimana rasanya menjadi ibu ketika menghadapi perceraian mereka dahulu. Akhirnya saya mengiyakan istilah ibu sebagai malaikat tak bersayap.
Memang tidak mudah menjadi ibu dan istri dengan segala tugas dan tanggung jawabnya. Tidak sedikit hal pribadi yang dikorbankan. Bukan hanya waktu, tapi tenaga, uang dan cita - cita. Menjadi ibu bukan hal yang mudah. Mulai dari kurang tidur sampai kelelahan tiada akhir mengurus mereka dari bayi. Belum termasuk stress mencari uang untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan anak.
Saya jadi ingat, walau ibu jarang ada di rumah lalu ketika pulang sering marah, galak dan disiplin terhadap saya, Ibu tetap memperhatikan kebutuhan saya. Untuk urusan jajan dan perut saya tidak pernah kekurangan sedikitpun. Tidak ada istilah kelaparan atau gak punya mainan. Walau masa kecil saya kesepian, perut saya kenyang. Satu hal yang layak disyukuri sebetulnya.
Perceraian juga bukan hal yang mudah bagi Ibu, saya bisa bayangkan betapa sulitnya menghadapi perceraian dan berjuang menyusun kembali kepingan jati diri setelahnya. Akhirnya saya dapat memaklumi ketika akhirnya ibu menjadi depresi dan hilang kendali setelah bercerai dengan ayah. Saya membayangkan kalau saya jadi ibu, mungkin akan sama depresinya dengan ibu.
Dalam keadaan depresi pun, ibu tetap berjuang mencari nafkah untuk saya dan adik - adik saya. Bahkan saya bisa kuliah berkat perjuangan ibu. Ibu memang tangguh dan kuat.
Sampai titik ini, saya semakin tersadar dan mulai merasa bersalah pada ibu karena pernah membencinya.
Permohonan Maaf
Setelah saya melahirkan Keenan, Ibu menemani saya selama tiga hari di rumah ibu mertua. Ibu membuatkan saya sup daun katuk dan daun kelor setiap hari. Mengajari saya memandikan Keenan, memakaikan baju dan menyusui. Saya merasa tenang dan nyaman selama ibu ada di sisi saya selama tiga hari itu. Saya sangat bersyukur masih memiliki ibu di sisi saya yang bisa mengajari saya bagaimana mengurus bayi yang baru lahir.
Sayangnya, karena ibu harus kembali bekerja ibu tidak bisa lama menemani saya. Hal ini membuat saya sedih dan kalang kabut hingga akhirnya membuat saya mengalami Baby Blues Syndrome. Ternyata melahirkan lalu mengurus anak baru lahir itu tidak mudah. Lelah dan stress nya luar biasa.
Setelah saya melahirkan anak kedua, saya semakin menyadari pentingnya kehadiran ibu. Betapa saya sangat membutuhkan ibu dan menginginkannya selalu ada di sisi saya. Ibu adalah malaikat tak bersayap milik saya.
Saya mulai menyadari banyak hal mengenai ibu. Mulai bisa memahami dan memaklumi ibu saya.
Setiap kali saya berlibur ke rumah ibu, saya bisa melihat ibu semakin tua dan fisiknya tidak sekuat dulu lagi. Saya juga bisa melihat banyak sekali gurat kesedihan dan kerapuhan di setiap keriput yang mulai muncul di wajah ibu. Seketika rasa sesal meyeruak dalam dada saya dan saya sadar kalau saya belum pernah sekalipun membahagiakan Ibu.
Ya Tuhan, sampai kapan saya akan membenci, marah , kecewa dan menyalahkan Ibu atas semua tragedi dalam hidup saya? Pantaskah saya menyalahkan beliau? Perceraian Ayah dan Ibu, apakah Ibu yang menciptakan dan menginginkan? Ibu juga berjuang mempertahan kan harga diri dan kewarasan beliau selama ini.
Kalaupun ibu menjadi pribadi yang keras itu karena tuntutan ibu harus demikian demi kami anak - anaknya. Selama bertahun - tahun ibu bekerja tiada henti sampai pinjam sana dan pinjam sini demi biaya kuliah saya dan adik - adik saya. Sendirian! Karena ayah tak bisa diandalkan.
Ibu juga ingin bahagia.
Saya tak pernah memikirkan hal itu. Ibu juga ingin memiliki pasangan hidup untuk saling berbagi dan menyayangi. Tapi kenyataanya, ibu kurang beruntung soal ini. Pertama perceraian dengan ayah dan dengan suami nya yang kedua yang lagi - lagi harus kandas. Saya yakin, ibu juga sama kesepiannya dengan saya.
Mengapa saya sangat egois sekali dan hanya memikirkan penderitaan diri sendiri. Ibu juga sama kesakitannya, sama berjuang untuk dirinya sendiri. Ibu juga ingin bahagia, sama seperti saya.
Ya Tuhan, maafkan saya.
Akhirnya suatu hari saya memutuskan untuk bertaubat dan memohon ampunan pada ibu. Saya memilih hari ulang tahunnya sebagai hari taubat. Jauh - jauh hari sengaja saya menabung untuk membelikan jam tangan kesukaan ibu, jam tangan berlapis sepuhan emas. Dengan perasaan dag dig dug dan tegang, saya serahkan hadiah ulang tahun pada ibu.
“ Ibu, selamat ulang tahun ya “ ucap saya,
“ waahh apa ini teteh? hadiah buat ibu? waah, makasih teh. padahal mah gak usah repot - repot “ Jawab ibu dengan wajah senang.
“ gak apa -apa bu, teteh udah nyiapin ini udah lama kok, hihihi. buka dong “ jawab saya lalu ibu membuka hadiahnya dan terkejut.
“ waahh teteh, ini jam tangan emas ya? aduh pasti mahal! teteh gak lagi gak punya uang, padahal mah gak usah “ jawab ibu terkejut, lagi di kasih hadiah aja ibu masih mikirin masih keuangan saya. duh makin mencelos hati saya.
“ Gak kok bu, ini mah sepuhan kok, bukan emas beneran. hehehe “ jawab saya malu - malu
Ibu tampak bahagia sekali. saya senang dan hati saya terasa sangat hangat. Tanpa ragu lagi saya langsung memegang kedua tangan ibu lalu bersujud sambil menangis.
“ Ibu maafin teteh ya, teteh sering nyakitin perasaan ibu dan sering bikin ibu sakit hati. sering merepotkan dan selalu bentak ibu. maafin teteh ya Bu “ ucap saya sambil menangis. Tenggorokan rasanya seperti tercekik dan tangisan pun semakin sulit dikendalikan.
Ibu terkejut dan ikut menangis. sambil mengangkat tangan dan kepala saya ibu berkata,
“ Teteh… udah jangan nangis lagi, gak apa - apa teh…. gak apa - apa gak usah minta maaf sama ibu sampai kayak gini. Jauh sebelum teteh minta maaf , ibu udah maafin semua kesalahan teteh. maafin ibu juga ya “
Lalu saya bangkit dari tangisan dan menatap wajah ibu yang terlihat basah oleh air mata di antara kerutan wajahnya. Kami berpelukan dan hati saya lega sudah.
Lalu kami duduk bersebelahan sambil saling memegang tangan dan ibu mengusap air mata saya. lalu saya berkata,
“ Maaf ya teteh belum bisa membalas semua kebaikan, kerja keras dan usaha ibu sejak teteh bayi sampai sekarang “
“ Gak apa - apa teh, jangan mikirin itu. Ibu ikhlas mengurus teteh sampai sekarang. Buat ibu, melihat teteh bahagia sama anak - anak, pernikahan teteh bahagia dan teteh sukses ….ibu udah bahagia, itu hadiah terbaik buat ibu. yaaa selain sering dibawakan batagor sama roti bakar lah bonusnya, heheh” jawab itu menenangkan hati saya sambil bercanda.
Ah, terimakasih Ya Allah. Saya masih diberi waktu dan kesempatan untuk memohon maaf pada ibu. Terimakasih.
Hadiah untuk Ibu
Saya sangat bersyukur, sekarang hubungan saya dan ibu jauh lebih baik . Saya bersyukur masih diberikan ibu hingga usia ini dan masih diberikan kesempatan memohon maaf.
Sekarang setiap kali kami bertemu, kami selalu bercerita banyak hal, ke salon bersama dan luluran bersama Hal - hal seputar dunia perempuan dan kecantikan yang tidak pernah kami lakukan waktu dulu. Bahkan kami sama - sama menyukai drakor, hehe.
Penyesalan saya hanya satu, saya belum punya cukup banyak uang untuk membalas semua perjuangan ibu untuk saya selama ini. Saya ingin sekali mewujudkan impian Ibu untuk memiliki rumah di desa lengkap dengan kolam ikan dan kebun anggrek, bunga favoritnya.
Ketika saya melontarkan keinginan saya ini, ibu hanya berkata,
“ Yang terpenting buat Ibu sekarang, Teteh bahagia dengan pernikahan Teteh dan sukses. itu saja cukup buat ibu. gak perlu banyak ngasih hadiah. ya kalau ibu di kasih rezeki tentu gak ibu tolak ya, kan lumayan. hehehe “ jawab ibu sambil bercanda.
“ Ibu doakan teteh sukses dengan menulis di blognya dan sukses jadi seniman. Cita - cita ibu yang gak pernah terwujud. Mendengar teteh juara lomba waktu itu terus kemarin dapet hadiah wacom, ibu seneng banget. Itu aja udah jadi hadiah buat ibu. Berarti ibu berhasil mengantar anaknya sukses “ lanjut ibu.
Jawaban ibu memang ibu - ibu banget ya, saya juga merasakan hal yang sama untuk anak - anak saya. Yang terpenting adalah kebahagiaan dan kesuksesan anak - anaknya. Urusan kebahagiaan sendiri, itu belakangan.
Untuk saat ini rezeki saya memang masih terbatas. Saya baru bisa memberikan ibu small things sebagai hadiah. Pijatan di kepala dan badan , general cleaning rumah ibu, memasak dan mencuci baju. serta jajanan sederhana. Semoga secepatnya saya bisa mewujudkan impian ibu ya.
Sebuah Pencerahan
me and mom |
Ibu juga manusia, beliau tidak luput dari kesalahan dan ketidaksempurnaan. Ibu juga berproses dalam memahami dirinya sendiri dan mengobati luka lama.
Sungguh sangat egois jika kita sebagai anak hanya memikirkan luka batin sendiri, bagaimana dengan ibu? ibu juga punya trauma dan luka yang sama.
Jika dibandingkan dengan segala perjuangannya tanpa henti dan pamrih, luka batin yang saya alami sungguh tiada tandingannya. Mengingat semua perjuangan ibu, bagi saya ibu adalah malaikat tak bersayap. Sungguh.
Meminta maaf sekali saja rasanya tidak cukup, begitu pula dengan ucapan terimakasih. ada baiknya memang kita lebih sering menyapa hati ibu, menanyakan kabarnya dan mengatakan banyak terimakasih dan diakhiri dengan ucapan i love you ibu. Saya yakin Ibu akan sangat bahagia.
Sudahkan kita menyapa ibu kita hari ini? sudahkan meminta maaf? sudahkah memberikan small things yang bisa membuat wajahnya tersenyum? sudahkan kita mengatakan padanya, I Love you mom, thank you for everything ?
Sudahkan? yuk kita sapa ibu kita sebelum segalanya terlambat.
"Tulisan saya ini dibuat dalam rangka mengikuti Lomba menulis Blog yang di selenggarakan oleh Female Blogger Banjarmasin dan Gloskin Banjarmasin, dengan Tema : Hadiah terindah untuk Ibu"
Tiada kata yang lebih indah dari Ibu. Bukan perjuangnnya saat melahirkan yang membuatnya jadi pahlawan, namun kekuatannya yang luar biasa untuk mencintaibanak-anaknya
BalasHapusbetul kak, saya setuju. the power of emak - emak ya, hehe
HapusMbaa Ekaaa, aku berkaca-kaca bacanyaa.. Huhu.. Trus aku juga inget, setiap ketemu mama kok mama keliatan makin tua aja, trus merasa bersalah belum bales banyak semua kebaikan mama dan papa. huhu.. Pas lahiran juga, aku lbh nyaman saat mama nemenin, rasanya lbh tenang aja gt..
BalasHapusAku seneng akhirnya Mba Eka dan ibu bisa saling terbuka dan memaafkan yg mengganjal di masa lalu. Bahagia selalu buat mba eka dan ibu..
Kak Thessa,
Hapusterimakasih sudah berkunjung dan membaca (^_^)
terimakasih supportnya. semua enak sepertinya berproses ya menjadi anak dan memahami orangtuanya. semoga kita semua bahagia selalu , juga untuk kak Thessa dan keluarga
Bicara mengenai sosok kebaikan ibu memang tidak pernah ada habisnya. Masya Allah Aku banyak meneteskan air mata dengan kisah ini mbak. Aku jadi teringat ibu di kampung. Belum banyak yang bisa dilakukan untuk membuat ibu bahagia. Lewat tulisan ini Aku jadi tersadar untuk kembali membuat kejutan kecil untuk ibu dihari ibu nanti.
BalasHapusalhamdulillah kalau tulisan saya bisa menginspirasi kita menjadi anak yang lebih baik untuk ibu kita, terimakasih kak
HapusMbaaa Ekaaa, makasih atas kejujurannyaa. Kisah masa lalu khususnya pribadi, terkadang sulit untuk dibagikan. Tulisan ini jadi bukti Mba Eka sudah bisa menghadapi dan menyelesaikan konflik yg ada. Salut bagaimana usaha Mba Eka untuk menyadari dan kerelaan meminta maaf.
BalasHapusMba Ekaa hebat bangeeet. Tentu masa lalu mba bukan hal mudah, tapi mba tetap kuat melewatinya dan mau untuk sama-sama dengan adik-adik melewatinya. Makasih atass tulisan ini yaa Mbaaa..
halo kak Devina,
Hapusapa kabar? terimakasih sudah bersedia berkunjung dan membaca. awalnya saya ragu menulis tentang ini, agak malu dan merasa ini kah aib ya. tapi saya kembali berfikir, mungkin di luar sana ada juga yang punya permasalahan yang sama dengan saya. saya harap dengan tulisan saya ini, mereka bisa menemukan setidaknya satu titik pencerahan. karena saya pernah ada di satu titik dimana ingin beranjak dari semua emosi negatif tapi ntah harus seperti apa dan bagaimana.
proses memaafkan ini sebetulnya sudah di mulai sejak saya kuliah, sekitar tahun 2000an. semua berproses perlahan termasuk memahami dan akhirnya memaklumi. akhirnya saya malah merasa bersalah dan mumpun masih ada waktu, permintaan maaf di segerakan. karena kita ga tau kan ya, maut datang kapan dan dimana.
terimakasih supportnya kak Devina. semoga kak Devina juga sehat selalu dan bahagia.
salam hangat,
eka artjoka (^_^)
Sebagai anak pertama dan sebagai perempuan, teh Eka termasuk sangat kuat, terutama untuk harus menjaga adik-adik, dan juga untuk bisa menerima ibu. Kalo udah, udah nangis nggak karuan kali teh, huhu..
BalasHapusTuh kan, aku jadi nyesek lho ini.. Jadi kangen ibuk di Medan sana :')
semoga orang tua, kita dan semuanya, selalu sehat, diberi kuat dalam menghadapi apapun dan dilindungi Allah ya teh, aamiin.. *peluktehEka
halo kak Ky,
Hapusterimakasih apresianya yaa
kebayang deh gimana rasanya LDR an sama ibu. walau masih bisa Vcall atau telpon dan wa tapi tetep beda ya rasanya. terimakasih doa nya ya kak, semoga ibu di medan sana sehat selalu. hug virtual (^_^)
Kak ekaaa. MasyaAllah.
BalasHapusjadi inget ibuku yg jadi anak pertama perempuan yang juga ditinggal eyang karena sakit. ngurusin adek2nyaa..disampingg ngurusin suami dan anak2nya. jadi brebes mili mbaaa. hiks
halo Kak Ji,
Hapuswah ibu kak Ji juga ternyata ibu yang tangguh dan kuat ya. salam sehat selalu dan bahagia ya untuk ibu
Memang kadang kemampuan bertahan seorang perempuam sebagai Ibu luar biasa ya J. Dalam kondisi orangtua sakit, adik diurusin, suami jadi kewajiban, hebat banget memang Ibu-Ibu kita semua. Salut
HapusIbu...apapun dari beliau pasti tak kan pernah habis untuk dikupas ya mbak, semakin dikupas semakin banyak lagi lanjutan episodenya, huhuhu. Cintai Ibumu sebelum semuanya terlambat. Thank you tulisan indahnya
BalasHapushalo kak julia,
Hapusiyaaa betul kak. ada banyak banget kisah tentang ibu yang kayanya kalau di bukuin, novel harry potter series bakalanan kalah, hehehe
aku cireumbay teh baca tulisan ini, padahal udah pernah baca tulisan yang sebelumnya juga yaa, tapi tetep we kalau baca mah memang bakal bikin sendu lagi.
BalasHapusorangtua kita semakin sepuh dan kita pun semakin disibukkan dengan berbagai urusan kita. semoga masih disempatkan utuk menengok lagi nanti jika ada kesempatan.
entah kenapa orangtua jaman dulu lebih suka bilang tidak duluan yaa padahal jelas hal yg kita sukai tidka melanggar aturan agam atau apapun, semoga kita selalu diingatkan utk lebih menerapkan kasih dan pengasuhan yang hangat ya
teh Ghina,
Hapusnuhun udah gak bosen baca kisah saya yang sama berulang. semoga masih tetap bisa menginspirasi ya, hehe
terkadang orangtua melarang ini dan itu karena merasa khawatir dan cemas. jauh di dalam lubuk hatinya saya yakin mereka juga tau ini aman dan gak melanggar agama atau aturan lain.
ahhh ya, betul itu.....semoga kita selalu diingatkan baik lewat kisah orang lain atau saat muhasabah kisah sendiri untuk lebih aware dengan anak kita dan mengasuhnya dalam kehangatan.
nuhun teh Ghina
Iya teh. Di hari ibu ini tidak ibuku minta maaf, rasanya tiap baca dan melafalkan nya dgn keras selalu saja airmataku terjatuh. Semoga orgtua kita sehat selalu yaa..
HapusMbaaak, aku mbaca ini jadi mbesesek. Mbak Eka hebat, berdamai dengan konflik dan mengucapkan maaf secara dewasa.
BalasHapusSehat terus Ibunya mba Eka ya. Ibu memang bukan sosok sempurna, tapi cintanya selalu sempurna meskipun salah dalam penyampaian.
Jadi inget Ibuki, waktu kecil hidupnya juga susah dan doyan membaca, nurun deh ke saya, anak perempuan satu-satunya yang masih sering bikin kesel huhu
halo kak Arai,
Hapusterimakasih atas apresiasinya kak, doa yang sama untuk kak arai. semoga sehat selalu untuk kak arai dan ibu
Pada nulis tentang ibu, jadi sedih aku tuh. Sending virtual hug ya teh untuk teh eka dan ibu
BalasHapushalo ibu kafa, iya nih dalam rangka memperingati hari ibu, sekalian kembali self reminding hubungan kita dengan ibu, dan semoga menang juga sih biar hadiahnya bisa di kasih buat ibu sebagai hadiah hari ibu. *uhuk, hehehe
HapusSetiap dari kita punya kisah tentang ibu masing2 ya teh. Tiada ibu yang sempurna tapi kita terus berjuang dalam jalan kebaikan dan kebenaran versi Allah. Allah maha baik ya teh, kita masih diberi kesempatan Memuliakan juga berbakti pada ibu. Terus semangat ya... I know I felt teh....peluk jauh
BalasHapushalo kak Inna,
Hapuspeluk virtual untuk teh Inna .....
iyaaa, i feel you too. setiap kita memang punya kisah masing - masing, gak semua nya indah dan manis. bagian yang pahitnya kita share dengan harapan semoga bisa menjadi inspirasi dan semangat .
Uhuks.. tulisan ini mengandung bawang banyak bangeeeeeet.. kadang, sebelum kita menjadi satu peran, nggak akan pernah tahu dan cuma bisa menjudge.. sama seperti menjadi ibu, setelah merasakan menjadi istri dan ibu, rasanya berat sekali terutama urusan mengontrol emosi dan kewarasan :)
BalasHapushalo kak susi,
Hapussaya kan jualan bawang kak jadi tulisan ikutan berbau bawang ya, hehehe. becanda deng.
betul sekali kak, setelah menjadi seorang ibu baru kita bisa memahami ya, oh ternyata menjadi ibu itu tidak mudah. menjaga kewarasan diri sambil tetap mengerjakan tugas dan tanggung jawab. salam semangat untuk kita semua para ibu
Ceritanya manis sekali. Aku masih di tahap berusaha memahami kedua orang tuaku. Sungguh, bersyukur kakak sudah menemukan cahaya. Titik balik. Aku ingin segera menemukan itu. Aku ingin sekali bisa memperbaiki hubungan dengan perempuan yang harus aku panggil Ibu. Tapi aku lelah kalau hanya aku saja yang berusaha, sementara dia tetap pada sifat toksiknya. Selamat, ya, kak sudah pada titik terang. Doakan aku segera menyusul.
BalasHapushalo kak Yofara,
Hapuspeluk virtual untuk kak yofara....
semoga secepatnya kakak bisa menemukan titik balik ya. saya bisa merasakan yang kakak rasakan, tersika dalam toxic relationship dengan orangtua terutama ibu. Terkadang kita gak bisa mengubah orang lain terutama ibu, apalagi kalau sifatnya sudah keras dan ya begitulah.... kalau sudah begini, daripada kita yang lelah sendiri dan sakit hati, lebih baik kita sendiri yang mengubah sudut pandang dan mencoba memaklumi. sulit memang, apalagi di awal awal. karena bertentangan dengan ego, dan ini cukup berat.
tapi saya yakin, kalau ada niatan dalam diri kita untuk merubah hidup dan gak mau terkukung oleh emosi negatif, Allah pasti kasih JalanNYA. saya juga prosesnya panjang kak, sejak kuliah di D3 dulu sampai setelah melahirkan anak pertama. bukan proses yang instan.
semoga kak Yofara segera menemukan titik balik dan bisa hidup bahagia dengan Ibu, aamiin.
Bagaimanapun sifat dan karakter serta kwkurangan seorang ibu tetaplah ia adalah orang yang paling mengerti kita ya mbaa
BalasHapushalo kak sefti,
Hapusbenar, ibu adalah orang yang paling memahami karakter kita. tapi soal mengerti mungkin tidak, tapi setiap ibu pasti berusaha untuk mengerti anak - anaknya walau terkadang si anak salah mengerti apa yang di maksud ibunya. hehe
Baca kisah Mbak ini saya jadi teringat dengan video yang pernah saya nonton di FB, tentang seorang anak yang memiliki dendam atau tidak suka pada ibunya karena si ibu sangat keras mendidik anaknya bahkan kelihatan jahat tapi ternyata ibunya bersikap seperti itu bukan tanpa alasan.
BalasHapusTerkadang memang kita harus melihat Ibu kita dari sisi lain ya Mbak. Bagaimanapun cara ibu mendidik anaknya tetap saja ibu akan berusaha memberikan yang terbaik untuk anak-anaknya
halo mba siska,
Hapusselalu ada alasan di balik sikap seseorang, saya percaya itu. termasuk ibu kita. dan saya setuju, setelah kita menjadi ibu akhirnya bisa memahami bagaimana rasanya menjadi ibu. setiap ibu punya cara yang berbeda dalam menunjukkan kasih sayangnya, tapi yang jelas benar seperti kata mba siska, setiap ibu akan berusaha memberikan yang terbaik untuk anak - anaknya
Mba Eka hebat ya bisa akhirnya bisa berdamai dengan keadaaan dan merubah kecewa jadi bangga, semoga sehat terus ya
BalasHapushalo kak arri, terimakasih supportnya. doa yang sama untuk kak arri dan keluarga ya
HapusCerita yang sangat memberikan pelajaran bagi pembacanya mbak.
BalasHapusSemoga ibu kita semua sellu diberikan kesehatan, kebahagiaan, kemudahan dan kelancaran dalam segala urusan dunia dan akhirat.
Semoga kita para ibu, dapat menjadi ibu yang bahagia dalam mengasuh anak anak kita.
halo kak Dwi, terimakasih doanya. Aaamin, semoga kita semua bisa menjadi ibu yang bahagia dalam mengasuk anak - anak kita ya
Hapusini adalah blog kedua hari ini yang aku baca selama blogwalking yang membahas seorang ibu karena perceraian. sungguh mengharukan
BalasHapuswaahhh, nampaknya semua blogger sedang merayakan hari ibu ya. jadi membuat tulisan tentang ibu. dan ternyata banyak juga yang mengalami masalah yang serupa. semoga setiap kisah bisa saling menginspirasi ya
HapusAku jadi kangen ibuu :((
BalasHapusAlhamdulillah bapak ibuku tidak cerai, tapi ibu di pertengahan tahun 2019 meninggalkan kami untuk selamanya ah jadi sedih hehe
halo kak Mayuf,
Hapusmaaf ya atas berpulangnya Ibu, semoga amalan ibadah almarhumah diterima Allah SWT.
Tiba-tiba air mata sudah menetes aja nih. huhu.
BalasHapusSemoga Ibu selalu sehat ya dan bisa diberikan kesempatan untuk mewujudkan impian yang lainnya. Memang sulit dan berproses untuk menyadarkan kita kalau Ibu kita juga manusia, yang punya masa lalu dan luka yang mungkin juga belum sembuh.
Semoga lelah mu yang kemarin bisa menjadi Illah ya, dan menjadi penambah amalan baik,
Aamiin.
teteh, nuhun udah baca.
Hapusproses yang panjang ya hanya untuk mencoba memahami dan melihat dari sudut pandang ibu kita, semoga kita semua bisa menemukan titik pencerahan yang sama.
aamiin, nuhun doa nya teh.
caar mengasihi anaknya kadang suka salah ya, pdhl sebetulnya mereka sayang , tp lupa untuk mengucapkannya
BalasHapushalo kak Tira, terimakasih sudah berkunjung dan membaca. betul kak saya setuju dengan kak Tira, tiap orangtua apalagi ibu punya caara yang berbeda satu sama lain, tapi intinya sih sama, sayang dan peduli terhadap anaknya
HapusSeringnya kita memang gak paham pembelajaran dari Yang Maha Kuasa. Alhamdulillah Ibu masih sehat. Membahagiakan beliau Insya Allah jadi ladang amalan ibadah. Salam kenal dan semoga berhasil dengan lombanya.
BalasHapusHalo kak Ratna, salam kenal
Hapussaya setuju banget dengan kak Ratna, seringnya karena ego dan emosi yang terlalu di patri terlalu dalam sampai gak bisa melihat setiap hikmah yang Allah kasih di setiap peristiwa atau hal yang tidak menyenangkan. sebisa - bisa ketika hidayah itu dateng langsung di tangkap dang langsung berdo'a biar hidayahnya gak lekas hilang.
Aaamiin, doa yang yang sama juga untuk kak Ratna dan keluarga. semoga semua aktivitas kita terlebih untuk ibu semoga menjadi ladang amal. aamiin
Cerita ibu emang g ada habisnya ya mbak n ibu adalah manusia pertama yang paling dekat dengan kita
BalasHapusSepertinya once in a lifetime pasti anak perempuan pernah berpikir dia anak adopsi ya mba. Hihihi. Saya pun anak pertama mba, ayah ibu saya juga disiplin banget plus galak. Kedua orang tua saya nyaris di ambang perceraian, tapi alhamdulillah mereka rujuk lagi demi kami dan pernikahannya bertahan sampai hari ini. Apapun itu, pelajaran hidup seperti ini lah yang menjadikan kita lebih dewasa dan tentunya gak pengen kejadian sama terulang lagi pada keluarga kita.
BalasHapusMakasih cerita malaikat tak bersayapnya, ku larut dalam ceritamu dan berhasil membuatku tak terbendung air mata inii, huhuuu.
BalasHapusKisah diatas banyak miripnya sama Mamaku semoga Ibu2 kita selalu diberikan kesehatan dan kita selalu menjunjung dan memaafkan malaikat tak bersayap itu. Yuk, kita amibiil hikmahnya di setiap kejadian ini.
Huaaaaa hatiku gerimis baca ceritanya mbak
BalasHapusPasti tak mudah melalui semua itu ya
Tumbuh dewasa dengan segala konflik di sekitar kita
Lalu perlahan membuka hati untuk memaafkan
Ahhhh... mbaknya hebat banget
Ibunya juga luar biasa
Selamat hari ibu
Salam buat ibunya yaaaa
Semoga sehat selalu
Memang benar mba, ketika kita menjadi istri dan ibu barulah kita bisa merasakan apa yang sebenarnya dirasakan oleh ibu kita dahulu. Pastikan ibunya membaca tulisan Mba ini ya, pasti akan menjadi hadiah terindah juga untuk beliau.
BalasHapusBacanya aja bikin sedih banget dari awal sampai akhir. Jujur saya sendiri agak sedikit merasa cemas dan khawatir ketika sudah menjadi ibu dan punya anak serta keluarga nanti :((
BalasHapusMenjadi ibu itu punya banyak tantangan dan mau nggak mau, harus di hadapi dengan berbagai masalah keluarga dan suami. Semoga dari cerita ini sebagai pelajaran kita untuk saling menyayangi kepada ibu tercinta
Barakallah ya Teh Eka dan ibunya... sama2 cantik, bersyukur sekali masih dikaruniai malaikat tak bersayap, masyaallah... ibunda saya sudah berpulang 7 tahun yg lalu huhuu :(
BalasHapusCerita yang sangat menyentuh Mbak, memang sebagai anak terkadang kita egois dan sulit untuk menyelami perasaan orang tua. Hanya saja, komunikasi yang intens seyogyanya bisa dibangun agar orang tua dan anak bisa saling memahami
BalasHapusSetuju mba. Setelah menjadi ibu kita bisa ngerasain ya gimana perasaan orangtua kita saat dulu kita bersikap kurang pas. Mumpung masih ada harus di bangun hubungan yang harmonis.
HapusMba ekaaaa, aku terharu bacanya, dan malah pgn nangis juga yg moment mba kasih kado jam tangan trus minta maaf ke ibu 😭. Itu lgs ingetin aku betapa masih banyaaak salah ke mama. Terlalu lama ga ketemu pula :(
BalasHapusSekeras apapun ortu kita dulu, tapi sbnrnya itu demi kebaikan kita. Udh ga keitung sbnyak apa aku berfikiran jelek ttg mama tiap kali dimarahin, tapi skr aku sadar kalo itu demi kebaikan :(.
Semoga menang lombanya mba, ceritamu bener2 menyentuh banget
Mataku berair baca ini hiks
BalasHapusAlhamdulillah..bersyukur ada momen titik balik untuk ingat minta maaf ke Ibu..karena bagaimanapun ibu juga manusia punya khilaf dan masalah yang mesti dihadapi
Akhirnya tersadar ya Mbak bahwa selama ini begitu banyak perjuangan Beliau yang membuat mbak Eka menjadi sosok seperti ini. Salam buat Ibu tercinta, semoga sehat selalu juga mbak Eka dan keluarga.
Sebuah pencerahan saya dapatkan dari artikel ini...jadi ingat ibu saya yang jauh di kampung sana
Tulisannya mengandung bawang ih kak. Ikutan terharu. saya sedang berada di keadaan harus membersamai ibu karena ibu sendiri disini. Andik yang biasa bersama ibu sudah pindah keluar kota. Karena belum Settle, ibu jadinya bersama saya. Kadang kalau saya perhatikan, saya suka bingung, sebenarnya saya yang menjaga ibu atau ibu yang sedang menjaga saya dan anak-anak. Mengingat ibu juga selalu membantu keuangan kami. Hiksss sedih
BalasHapusWell, perceraian memang gak bisa dibilang pilihan terbaik mba, tapi terkadang saat kita mau memahami org lain apalagi itu orang tua kita sendiri pasti kita bisa memahami keputusan mereka. Karena keluarga yang hidup dengan kondisi gak harmonis pun bukan sebuah kondisi yang oke buat semua anggota keluarganya. So, yes, you're mom deserved to be happy
BalasHapusSaya juga pernah mengalami tidam dekat dengan ibu, ditambah pula saya tinggal dengan keluarga dari kakaknya bapak. Tapi begitu menikah saya menjadi dekat dengan ibu, apalagi saat anak pertama saya sempat diasuh ibu kurang lebih 1 tahun. Sampai sekarang saya selalu berusaha sering pulang ke rumah ibu sambil momong anak saya yang kecil :)
BalasHapusHubungan saya dan ibu juga ga dekat2 amat mba. Baru ngerasain kehadiran ibu tepat setelah lahiran. Sama mba, ibu juga menemani saya di rumah mertua, hihi, masakin dan bantu nemenin si kecil karena saat itu saya belum fit, masih belum bisa pipis jadi badan ga karuan. Memang butuh menempatkan posisi menjadi org lain ya agar kita paham apa yg dirasakannya.
BalasHapusBerat ya mbak hidup dengan melihat kedua orang tua berpisah dan memilih rumah tangganya masing-masing. Tapi Alhamdulllah, pada akhirnya bisa berdamai. Ujian yang kuat memang hanya bisa dipikul oleh bahu yang juga kuat, seperti bahu mbak dan keluarga.
BalasHapusSangat trenyuh baca bahtera kehidupanmu . Yach memang apa pun kesalahan ibu di masa lalu pasti ada bagian dari kehidupannya yang menyedihkan. Saling memaafkan adalah relasi untuk menambah kekuatan hidup.
BalasHapusIbu adalah pahlawan dalam hidupku. Ya allah membaca tulisan mbak di atas jadi terharu dan hati jadi tercabik2 karena sampai hari ini blm bisa membalas semua jasa2nya
BalasHapusAku ikut terharu dan tersentuh, dan rasanya tak ingin melewatkan satu kata pun. Salut berani mengungkapkan, mungkin ada banyak anak di luar sana yang mengalami hal serupa tapi terasa kelu ketika berkomunikasi dengan orang tua. Terima kasih ceritanya.
BalasHapusPeluuuk mb, masalah keluarga memang traumatis bagi anak anak apalagi perceraian ortu, Alhamdulillah skrg keadaan sudah jauh lebih baik ya, salam buat ibuk ❤️
BalasHapusAlhamdullilah Akhirnya memahami Ibu
BalasHapusBanyak lho yang sampai akhir hayat ngga bisa "memaafkan" Ibunya
Bahkan ngga mau bertemu dengan ibunya
Peluk jauh, Kak Eka...
BalasHapusSaya gak tahan baca tulisannya, semoga selalu dapat meraup ilmu dari setiap kejadian dan diluaskan segala sesuatunya.
halo kak Ima,
Hapusterimakasih banyak udah baca dari awal sampai akhir, makasih juga untuk doanya ya kak. doa yang sama untuk kakak, semoga sehat selalu dan bahagia
Kita melihat seseorang dari sudut pandang yang berbeda, jadi kita nggak pernah tau apa yang mereka rasakan sebenarnya. Dan setelah kita memahami dan memposisikan diri kita sebagai orang tersebut baru kita paham apa yang mereka rasakan, gitu ya mbak 🙏
BalasHapushalo kak fionaz,
Hapusiya betul kak, kita bisa ngerasain gimana jadi ibu setelah menjadi ibu ya
Cerita yang menyentuh selamat hari ibu ya mbak sukses selalu buat mbak dan ibunda
BalasHapusaamiin, makasih banyak kak. kakak juga semoga sehat selalu dan sukses
HapusTulisan yang sangat menyentuh sekali. Sampai mbrebes Mili baca ini. Semoga selalu diberikan kesehatan ya untuk Ibundanya.
BalasHapushalo kak amir,
Hapusmakasih kak udah baca sampai akhir. makasih doa nya kak, doa yang sama juga untuk kakak dan keluarga
Masya Allah tabarakallah Mbak. Ya Allah menghayati banget aku bacanya. Deg2an sekaligus membayangkan.. alhamdulillah happy ending yah. Semoga selalu happy :')
BalasHapushalo kak Visya,
Hapusterimakasih banyak sudah membaca sampai akhir kak, padahal panjang, hihihihi. makasih ya kak, semoga kakak juga bahagia selalu
Mbak Eka, terima kasih banyak sudah berbagi kisah yang menyentuh ini. Sejak jadi ibu, aku juga semakin menyadari jadi ibu itu sungguh teramat berat. Walaupun sudah lama memaafkan mamaku dan menerima bahwa mamaku tidak sempurna, kami masih sering konflik karena berbeda pendapat. Tapi menurutku wajar karena kami masih saling peduli. Manis sekali tulisan ini. Semoga relasi dengan sang ibu pun semakin manis, ya, mbak :)
BalasHapushalo kak marantina,
Hapussama - sama kak. makasih banyak udah mau membaca dari awal sampai akhir ya. semoga ceritaku ini bisa jadi inspirasi. sekarang juga saya sama ibu gak semulus jalan tol sih, masih suka ada konflik kecil tapi saya lebih banyak nerima aja dan sabar kalo ibu udah a i u e o, hehehe.
doa yang sama untuk kakak dan ibu ya, semoga sehat selalu dan makin harmonis (^_^)
Banyak hal ya untuk menceritakan sosok seorang Ibu. baca ini aku jadi kangen banget sama Ibu
BalasHapushalo ka lis, iya kak. banyak banget kisah tentang ibu sebetulnya gak cukup satu artikel aja, hehe
HapusSosok ibu memang selalu luar biasa, ya. Meski kadang memang ada hal-hal dalam pola pengasuhan mereka yang bisa meninggalkan luka di hati anaknya. Namun di sisi lain kita tak bisa memungkiri perjuangan para ibu untuk anaknya. Aku sendiri masih berjuang banget nih buat bisa jadi ibu yang sabar buat anak-anakku
BalasHapushalo kak antung,
Hapusiya betul kak. luka lama kita gak sebanding dengan perjuangan mereka. rasanya memang jadi egois sekali mikirin terus luka sendiri. jadi ibu ternyata emang gak mudah, apalagi soal kesabaran. kita sama - sama berjuang ya kak menjadi ibu yang hangat dan sabar
Setiap ibu memang luar biasa yaa, Mba. Jadi kangen mamaku nih, udah lama gak ketemu. jadi pengen secepatnya ke rumah mama
BalasHapushalo kak, iya kak setiap ibu itu hebat dengan keunikan masing - masing. pasti kangen mamam ya kak, segera lah telpon atau vcall kak, pasti bisa ngobatin kangennya
HapusSemoga ibu sehat sehat ya kak. Ibu mungkin pernah punya salah sama kita. tapi kita lebih banyak salah sama ibu kita. senang liat kakak sama ibu kakak akhirnya rukun kembali. semangat buat kalian berdua ya
BalasHapushalo kak,
Hapusmakasih banyak udah bersedia baca sampai akhir. yes indeed, di banding dengan semua perjuangan ibu untuk kita, gak ada tandingannya sama rasa luka kita. aammin, semangat dan salam bahagia untuk kakak dan keluarga
paling ga bisa aku baca kayak gini mba, pasti berlinang air mata. hidup dengan orang tua yang berpisah memang bukan perkara mudah, tapi yang pasti semua ibu itu pasti luar biasa. semoga selalu sehat bundanya dan semangat terus ya kak
BalasHapusAlhamdulillah hari ini sudah menyapa Ibu dan adikku. Ibu sumber inspirasi buat saya kak, yang selalu memberi doa yg terbaik buat anak2nya. Semoga Saya pun bisa menjadi ibu terbaik buat anak2 saya
BalasHapus