|
Ilustrasi efila art |
Melepas Impian demi anak, Bukan Akhir dari Segalanya
Banyak hal yang kita korbankan, sebagai seorang ibu untuk
anak-anak kita. Jangan tanya soal waktu dan tenaga, itu sudah pasti. Yang
terberat dari semua itu adalah, meninggalkan impian.
Menjadi seorang Arsitektur
Lanskap adalah impian saya. Dan dengan terpaksa saya Melepas Impian saya itu layaknya
menerbangkan burung merpati, lepas bebas di angkasa. Sedih rasanya, sesak di
dada dan membuat saya kehilangan harapan dan semangat. Tapi, saya tidak punya
pilihan.
Cerita Awal
Tahun 2009, saya memutuskan untuk meneruskan kuliah saya ke
jenjang S1 ( dulu lulus DIII ) dan
ambil jurusan Arsitektur lanskap. Bukan keputusan mudah untuk kuliah lagi di
saat usia saya hampir mendekati 30-an.
Masalah biaya, teman kuliah yang usianya terpaut jauh serta waktu
yang harus saya atur agar masih bisa bekerja. Untungya, para dosen sangat
mendukung dan berbaik hati mau mengatur jadwal kuliah agar saya masih bisa
kuliah sambil bekerja.
Tapi, dengan semakin padatnya mata kuliah dan kuliah lapangan.
Akhirnya saya harus memilih, antara meninggalkan pekerjaan atau berhenti
kuliah. Dilema yang terasa sangat berat, sungguh.
Karena di satu sisi, saya masih membutuhkan pekerjaan untuk
menghidupi hidup saya yag sudah tidak bisa lagi bergantung pada ibu saya. Tapi
di sisi lain, akhirnya saya menemukan impian dan karir yang ingin saya capai.
Yaitu menjadi seorang Arsitektur Lanskap.
Bersyukur saya bertemu Dosen yang luar biasa baik hati . Beliau
rela merogoh koceknya untuk membiayai kuliah saya satu semester dan mengijinkan
saya bekerja dengannya. Menjadi drafter dan assisten dosen. Bahkan, masa depan
karir saya sudah beliau rancang sedemikian rupa sehingga saya tidak perlu lagi
mengkhawatirkan lapangan pekerjaan setelah lulus kuliah. Saya sangat bersyukur.
Lalau Dua tahun kuliah, saya bertemu jodoh saya dan menikah. Saya tetap kuliah dan Pak Suami mendukung
100%. Dua tahun kemudian saya hamil anak pertama saya, Keenan.
Selama hamil, saya ajak Keenan jadi pinter. Karena saya harus
sidang skripsi. Saya ajak bimbingan dan
bolak-balik ke tempat penelitian. Rempong gak sih? Iya, banget! Tapi
alhamdulillah Paksu selalu setia menemani jadi babang ojeg kemanapun saya menuju.
Ada kejadian lucu tapi
sebetulnya naas selama masa bimbingan
ini. Jadi, waktu itu musim hujan. setiap pulang bimbingan pasti keujanan. Jas
hujan selalu siap sedia. Tapi sayangnya waktu itu hujannya gede banget, udah kaya badai aja.
Dan malangnya, perempatan GedeBage, banjir.
Akibatnya, motor kami mogok dan terpaksa Paksu mendorong motor
melewati batas banjir yang sampai
selutut itu dari perempatan hingga pasar GedeBage. Saya ngikutin dari
belakang sambil komat-kamit baca solawat karena takut terpeleset. Saya takut si
calon jabang bayi di perut saya yang sudah memasuki usia 8 bulan ini kenapa –
napa . Karena saya jalannya sangat lamban dan hati-hati, saya tertinggal cukup
jauh dari Paksu dan berusaha mengejar Paksu. Ditengah jalan, tiba-tiba saya
terjatuh dan terperosok! Masuk got! Gak keliatan karena tertutup banjir.
Semua orang berusaha menolong saya yang berusaha bangkit sambil
menangis. Saya gak bisa lihat dimana Suami saya dan saya takut si utun kenapa
napa. Seorang bapak-bapak lantas bertanya,
“ Bu, gak apa-apa? Dimana
suami ibu? “ tanyanya,
“ Suami saya? Eng
...eng..dimana ya pak suami saya? “ tanya saya balik bertanya sambil
menangis.
Si Bapak malah bingung dan membantu saya berjalan sampai jalan
raya yang tidak tergenang banjir. Di
ujung jalan, tiba-tiba saya melihat sosok suami saya dan berlari layaknya scene film AADC. Sambil menangis
saya teriak,
“ Babah.... Babaaahhh!!
“ teriak saya. Paksu kaget melihat saya dan bertanya,
“ Ndaa tadi kemana? Aku
nyariin!! Aku takut kamu kenapa – napa! Gpp kan? Kok nangis? “ tanyanya
khawatir
“ Tadi aku jatuh ke solokan.
Gak keliatan! Aku takut! “ jawabku masih sambil nangis.
“ Ya Allah! Maafin aku ya
ninggalin kamu. Maafin aku belum bisa beliin kita mobil! Maafin yaa.... udah
jangan nangis lagi “ jawabnya sambil meluk saya erat-erat.
Akhirnya kami pulang, sambil mendorong motor sampai rumah yang
jaraknya hampir 5 KM! Hari itu sungguh
luar biasa naas, tapi lucu kalo dipikir – pikir!
Kalo mengingat moment itu, sungguh luar biasa perjuangan saya yang
tetap meneruskan kuliah sambil hamil besar.
Melahirkan Keenan
Malam itu saya resah. Perut saya tak enak dan saya sulit tidur karena saya merasakan mules yang tiada henti. Ibu saya bilang saya akan segera melahirkan. Lalu esoknya kami ke bidan. Dan setelah di cek, saya sudah pembukaan satu. Lalu kami pulang dan menunggu di rumah.
Pukul 10 pagi, saya merasakan mules yang semakin hebat. Tidak kuat rasanya sampai meminta Paksu mengantar saya ke bidan dan menunggu disana sampai saya melahirkan. Dengan gerak cepat Paksu ambil motor dan antar saya ke bidan.
Lucunya, ditengah jalan sedang ada razia motor. Kami yang naik motor tanpa mengenakan helm, sudah pasti di stop Pak Polisi.
“ Selamat siang pak, maaf bapak saya tilang karena tidak menggunakan helm! “ sapa pak polisi,
“ Aduh pak! Maaf istri saya ini mau melahirkan! “ jawab Paksu teriak
“ Ooohh... aduuuh... baiklah pak! Maaf kalau begitu, ayo cepat segera ke rumah sakit. Hati-hati dijalan ya Pak “ jawab pak polisi yang malah jadi panik dan bingung! Dan kami pun tidak jadi ditilang dan kami sampai di bidan dengan selamat, Hehehehe.
Setelah menunggu hampir 12 jam, pembukaan tetap di angka satu. Gak naik-naik. Bidan akhirnya memutuskan menggunakan induksi agar pembukaan saya cepat naiknya.
Iya sih jadi cepet naik kaya roket, saking cepetnya saya gak bisa nahan itu rasa mules sampai terus nangis dan meringis.
Enam jam kemudian akhirnya saya pembukaan 10 dan siap melahirkan. Rasanya? Sakit banget buuu!! Sampai saya ga tahan dan teriak kaya orang gila. Padahal udah komat kamit baca doa dan solawat. Tapi tetep saya gak kuat nahannya. Sampai-sampai pak suami abis babak belur badan sama kepalanya saya cubit , cakar dan jambak rambutnya! Huhuhu, maafkan aku Paksu.
Alhamdulillah, keenan lahir dengan selamat dan sehat sempurna. Rasanya? Bahagia sekali. Dan gak nyangka. Tapi sayangnya, saya mengalami Ruptur stadium empat yaitu tingkatan tertinggi dalam ruptur perineum setelah melahirkan.
Robekan ini memanjang hingga ke dinding rektum, dimana jalan lahir sobek parah hingga anus yang berpotensi menyebabkan disfungsi dasar panggul dan saluran pencernaan. Hingga akhirnya bidan menyerah dan membawa saya ke rumah sakit dan saya di operasi bius total.
Alhamdulillah proses operasi lancar. Tapi tidak dengan proses pembayaran operasi. Total biaya operasi memakan uang hingga 15juta!
Suami saya sampai syok dan menangis di depan saya setelah saya siuman. Kami tidak punya tabungan sebanyak itu. Kami hanya menyiapkan dana 5 juta saja untuk persalinan. Itupun sudah habis untuk biaya persalinan di bidan.
Ingin saya memohon bantuan pada ibu, tapi tiba – tiba saya ingat kalau beliau masih menanggung biaya kuliah adik bungsu saya. Lalu saya ingat ayah saya, saya coba telpon beliau tapi sayangnya setelah setengah jam menelpon, panggilan saya tidak dijawab. Orang tua saya sudah bercerai, sehingga suasana ini makin membuat hati saya sedih dan merana.
Saya tertegun diam dan berfikir segalam macam alternatif solusi. Hingga akhirnya saya memutuskan suatu hal yang saya tau saya akan merasa sangat terpukul dan sedih teramat sangat karenanya.
Saya lihat, Paksu juga berusaha menelpon kesana dan kemari mencari pinjaman. Tapi sepertinya gagal. Karena beliau datang menghampiri saya dengan wajah sendu. Melihat Paksu begitu kebingungan, akhirnya saya angkat bicara ,
“ Bah, pake aja uang buat sidang dan wisuda aku “ ucap saya
“ Hah? Apa ndaa? Pake uang kuliah ndaa? “ jawab paksu terperangah kaget,
“ iyaa..... “ jawabku sambil nangis,
“ Tapi ndaa.... “ jawabnya getir
“ Gak apa-apa Bah, aku ikhlas “ jawabku berusaha nahan tangisan.
Lalu kami saling memandang dan berpelukan. Ya Allah, sesungguhnya aku sedih dan bingung. Tapi, kami tak punya pilihan.
Keputusan Akhir
Akhirnya, inilah moment dimana saya harus melepas impian terbesar saya demi kesembuhan saya setelah melahirkan keenan, anak pertama kami. Saya sedih? Tentu. Kecewa? Tidak.
Pada akhirnya saya merasa, menjadi Arsitektur Lanskap mungkin bukan jodoh saya. Mungkin Allah hendak mengantarkan saya menuju impian lain dan menyiapkan saya untuk rencanaNYA yang lebih besar. Wallahualam.
Terkadang saya merana, setiap kali Dosen yang baik hati itu menelpon atau watsapp menanyakan kabar saya dan menyemangati saya untuk meneruskan kuliah. Tapi dengan berat hati saya selalu menolak dengan alasan anak saya tidak ada yang menjaga. Padahal, sesungguhnya bukan itu alasannya.
Ingin rasanya meneruskan kembali, tapi situasi finansial kami masih belum stabil. Usaha Paksu juga masih dirintis sementara kebutuhan bayi dan rumah tangga selalu meminta tiada henti setiap hari.
Akhirnya, saya ikhlaskan dan melepas Impian saya.
Tapi, Allah itu memang Maha Baik dan Penyayang. Seiring berjalannya waktu , akhirnya saya menemukan impian baru. Menjadi illustrator dan Menulis.
Iya, saya tetap meneruskan hobi menggambar saya hingga berbuah manis yaitu di pinang saah satu clothing di Bandung dan menjadi illustrator mereka selama hampir 5 tahun terakhir.
Saya juga kembali menekuni hobi saya yang lain yaitu menulis di Blog dan memutuskan untuk menjadi Blogger. Akhirnya, disinilah passion saya tertambat dan berlabuh. Entah ada rencana besar apa yang Allah siapkan untuk saya di impian baru saya ini. Apapun itu, saya tetap bersyukur. Karena melalui menulis, saya bertemu banyak relasi dan kawan baru yang saling support dan menyemangati. Dan yang paling utama, saling menguatkan dan menginspirasi. Untuk yang satu ini, saya tidak bisa berhenti bersyukur. Terimakasih Ya Allah.
Terkadang, rencana yang sedemikian dirancang degan sempurna pada akhirnya bisa ambyar dan tidak tercapai. Terkesan tidak adil memang, tapi rencaa Allah lebih besar dan hebat dari rencana kita manusia. Jadi, tidak apa akhirnya saya tidak menjadi Arsitektur Lanskap. Karena sekarang saya menjadi “arsitektur” masa depan anak-anak saya.
END
-----------------------------------------
Tulisan ini memenangkan juara pertama dalam sayembara menulis Paidguestpost#1 bertema THOUGHT yang diselengarakan oleh pemilik blog CREAMENO
Speechless saya baca kisahnya. Tapi memang yaa selalu ada hikmah di balik setiap kejadian. Semoga sukses selalu ke depannyaaaa. :)
BalasHapusUni reisha, makasih udah berkunjung dan baca tulisan saya ini ❤️ amiin. Makasih doanya uni
HapusMasyaAllah, jadi buat desain baju gitu ya teh sekarang? aww ikut seneng akutu. Jujur, memang gemash sih nengok gambar-gambar teh Eka, hihi..
BalasHapussukses terus ya teh *pelukjauh
Iya nih ku, tapi lagi cuti karena pandemi! Wkwkwk
HapusYa Allaah baca ini antara kasihan tapi lucu. Kisahnya ngenes tapi dikemas dengan gaya bahasa yang bikin ngakak Mbak. Pantes bisa dapat juara 1. Keren emang dan ya emang setiap kejadian ada hikmahnya :)
BalasHapusHalo kak siska,
HapusMakasih apresianya kak siska
MasyaAllah memamg tulisan yang dibuat pake hati, dibacanya pake hati juga. Terus berjuang arsitek kehidupan anak-anakmu Mbak...
BalasHapusSetuju nih sama mbak Ina, pengalaman hidupnya teh Eka memang luar biasa menginspirasi. Semangat terus teh Eka. Dan untuk kita semua mommy-mommy setrong :D
HapusSetujuu, terus berjuang ka Ekaa. Jangan menyerah, kayak lagunya the massive hehe.
HapusInsyaAllah perjuangan sebagai ibu ngga akan sia-sia, aamiin
suatu hari tulisan ini akan dibaca kinaan dan adiknya pasti sangat bangat sama Teh Eka. Bismillah ya Teh Eka, semoga sehat lahir batin sekeluargaa...
HapusWow... Makasih banyak kak inna dan kak jihan. Makasih supportnya ❤️ giliran saya yang speechless nih... Hihihi
Hapusjalan satu tertutp, jalan lain terbuka
BalasHapusIbarat pepatah, banyak jalan menuju roma.. eh nyambung ga sih? Hihihi
HapusMemang berat melepaskan impian ya mbak Eka, apalagi jika kita sudah susah payah untuk menggapainya. Tapi biarpun tidak jadi arsitektur lanskap akhirnya menjadi illustrator dan penulis ya mbak.
BalasHapusUntung kandungan nya tidak apa-apa waktu terperosok itu, duh memang kalo banjir bikin ngeri.
Alhamdulillah jadi juara satu di paid guest post mbak Eno ya mbak.😀
Halo kak agus,
HapusIya kak betul banget. Tapi itulah yang namanya takdir mungkin ya kak. Selalu ada udang di balik bala bala, hihihi... Kejadian naas dan menyedihkan pasti selalu ada hikmah postifnya.
Makasih kak agus
Ya allah kak terharu banget ceritanya :'( kalian dan suami benar2 hebat ya kak!
BalasHapusMakasih kak, semoga tulisan saya ini bisa jadi inspirasi buat kita semua.
HapusTersentuh banget aku bacanya mba eka. Antara ngenes sama kasihan sih emang. Sedih juga. Campur aduk banget aku baca tulisan ini. Sukses selalu mba eka untuk semua yang ingin di capai.
BalasHapusHalo kak rina, makasih udah baca tulisanku kakak ❤️ aamiin. Semoga kak rina juga sehat selalu dan sukses
HapusKa Ekaa ya Allah, ada bawang di sini.
BalasHapusAwal baca ada kisah lucunya, yg jatuh ke selokan, ya ampun. Tapi makin dibaca makin bikin terharu. Sukses selalu buat ka eka sekeluarga
Halo kak jihan,
HapusMakasih apresiasi dan supportnya ya kak. Makasih juga buat doanya. Semoga kak jihan juga sukses selalu. Aamiin
Terharu bacanya mba. Tapi aku juga yakin, apapun yg sudah direncanakan oleh Allah, itu pasti lebih baik dari semua rencana manusia. Jadi kalo kita bisa ikhlas, insya Allah gantinya nanti akan jauh lebih besar :).
BalasHapusTerharu saya bacanya mbak, keren banget pengalamannya. Campur menyatu menjadi satu itulah Indonesia (eh).
BalasHapusSerius loh, saya gak bisa bayangin gimana caranya biar bisa ikhlas melepaskan mimpi. Tapi, mba begitu ikhlas sekali hingga menemukan passionnya di dunia menulis dan mendesain ini😀
Selalu dan selalu ingat yaa bahwa selalu ada kemudahan dalam kesulitan. Bisa jadi ini jalan menuju kesuksesan lain yg sudah direncanakanNya. Semoga tetap berusaha maksimal dan dimudahkan urusannya teh
BalasHapusBerasa baca novel aku mba, salut sama perjuangannya, insya Allah kak keenan jdi anak pinter dan tanggung kyak bundanya ya
BalasHapusTerharu sekali. Sampe berkaca kaca deh mba bacanya. Masya Allah. Semangat terus dan terus ya mba. Mba luar biasa sekali.
BalasHapusSelamat atas terpilihnya tulisan kakak menjadi pemenang di blog Creameno ya 🥳
BalasHapusTulisannya memang bagus sekaliii. Aku jadi terharu melihat perjuangan Kak Eka sebagai ibu yang langsung mengingatkan aku pada ibuku 😭
Kak Eka, sehat selalu ya! Berkah berlimpah untuk Kak Eka dan keluarga dalam hal apapun yang kakak kerjakan 🤗
Mbaaaa, kuliah di mana dulu? Arsitektur Lanskap IPB bukan? Hihihi #asalnebak. Masya Allah pengalamannya. Saya selalu percaya, jika kita mengorbankan dan mengikhlaskan sesuatu atas nama Allah, insya Allah Allah akan mudahkan segala urusan dan hidup kita. Semoga Keenan menjadi putera soleh kebanggaan keluarga.
BalasHapusya Allah mbaaa pengen peluuuuk, aku pernah juga ada di titik melepaskan impian tapi akan ada impian lain yg akan datang, semoga berbuah pahala yg besar dan sellau barokah ya mba
BalasHapusYa Allah Mb Ekaaa 😭 perjuangan melahirkan Keenan itu... sehat sehat Mb sekeluarga ❤️ episode jatuh di got itu juga duh
BalasHapusTeh Eka...semangat yaa...Terharu baca perjuangannya, demi sehat, jadi melepas impian jadi sarjana Ars Lansekap. Semoga tetap sehat dan happy ya Teh...
BalasHapusBtw...dulu di UnBar bukan? Suami sempet lho kuliah setahun di Akademi Arsitektur Lansekap itu, karena suka taneman. Taneman di rumah dia yg nanam. IG isinya foto bunga-bunga. Hihi...
Masyaallah.. saya jadi merasa bukan apa-apa dengan baca tulisan mbak. Setelah menikah saya melepaskan profesi saya dan jadi ibu rumah tangga. Ditambah Allah juga segera memberikan kesempatan hamil. Awal-awal saya merasa sedih karena adaptasi dengan situasi baru belum kelar, lalu sudah ada tambahan. Tapi, sekarang saya bahagia dan menyesal sudah pernah mengeluh tentang apa yang telah diberikan Tuhan pada saya. Mbak juga luar biasa karena dapat mengambil tindakan sedemikian rupa. Tulisan yang sangat menginspirasi.
BalasHapusya ampun kak ternyata biaya operasi cecas banyak ya sampai 15 juta. Selalu ada hikmah ya kak setiap kejadian. yang penting tetap bersyukur atas setiap kejadian itu.
BalasHapusYa Allah, membayangkan banjir di Gedebage yang memang sok ngagulidag begitu. Menyebabkan kemacetannya di jalan Soekarno-Hatta.
BalasHapusPasti Keenan jadi anak yang kuat mengingat perjalanan dalam kehamilannya.
Kalau menurut saya Mbak Eka gak melepas impian justru malah mendekap impian sekuat tenaga. Dengan menjadi arsitek masa depan anak2, itu sudah segalanya. Saya sendiri udah bebal dibilangin rekan2 sejawat kelamaan nyambung kuliah lg, tp gpp saya lebih memilih banyak waktu menemani keempat anak saya, mendukung sepenuhnya karir suami saya. Insyaallah kl emang udah jalannya, pasti saya bs lanjut kuliah lg. Dan saya juga gak memancang impian pribadi, smuanya udah jd impian bersama suami, bersama anak2, impian keluarga kami.
BalasHapusDramatis banget mbak. Hehe..bener kayak sinetron. Yakin saja pilihan ini merupakan yang terbaik. Pasti banyak berkah bagi seorang ibu yang mutlak menjalankan kewajibannya sebagai ibu. Aamiin
BalasHapusAduuhh terharu mbak.. mirip ama saya. Bedanya impian saya cuma bisa jadi sarjana. Tapi sampe anak usia 8 tahun, nasib kuliah juga ga jelas. Semangat ya mbak..
BalasHapusMbak,,, terharu banget aku bacanya.... jalan ceritanya ngalir banget sampai-sampai aku seperti ada d lokasi kejadian... Layak banget kisah mbak ini jadi juara 1 mba...
BalasHapusBegitu banyak hal yang harus dikorbankan oleh seorang ibu. Meski seorang ibu tidak akan menganggap itu adalah sebuah pengorbanan.
BalasHapusSemangat, Mbak. Keenan memang pantas menjadi prioritas. Sehat selalu mbak dan keluarganya.
Tulisan ini memang sangat layak menjadi pemenang.
Speechless, Mbak panutanku 😭
BalasHapus