Halo Orang Baper-an
Pernah gak sih, kamu mengalami hari yang ambyar dimana semua itu di akibatkan
hal sepele yang terjadi dipagi hari ? kalo iya, wah sama dong.
Iya sama - sama suka rudet dengan
hal sepele terus kadang di bawa pikiran sampai berhari-hari, kalau sudah begini
suka kaya yang depresi gitu.
Kalo Jawaban kamu GAK! Yakin nih gak? Hihihi.
Coba cek yuk apakah kamu termasuk orang yang baper-an atau gak
Tanda kamu termasuk orang Baper
- Apakah kamu intuitif dan memikirkan sesuatu sampai detail hingga membutuhkan waktu lebih lama untuk memutuskan sesuatu?
- Apakah kamu sering merespon cepat secara emosinal akan sesuatu hal? baik itu respon positif maupun negatif.
- Apakah kamu seorang dengan empati tinggi dan sering mengalami emosi yang intens? misal ketika orang lain sedih, kamu cepat merasa hanyut dalam suasana sedih
- Apakah merasa sensitif terhadap lingkungan kamu? Misal bau, suara bising, atau bahkan nada bicara tinggi, cahaya yang terlalu terang, yang orang lain tidak menganggap itu sebagai masalah
Oke cukup! Sudah dijawab dengan jujur?
Kalo jawaban kamu kebanyakan adalah YA, maka
kamu satu tim dengan saya. Welcome to the clubnya manusia dengan tingkat
BAPER level dewa, wehehe.
Ada istilah keren dalam psikologis untuk
kondisi ini, namanya HSPS alias Highly Sensitive Person (HSP).
Istilah ini pertama kali dikemukakan
oleh Dr. Elaine Aron dalam
bukunya yang berjudul The Highly Sensitive Person (1997) yaitu
studi tentang sensory-processing sensitivity, dimana HSP
di definisikan sebagai :
Orang yang memiliki kesadaran terhadap hal-hal kecil di sekelilingnya dan lebih mudah merasa kewalahan ketika berada di lingkungan yang sangat menstimulasi inderanya.
Apakah ini sesuatu hal yang buruk? TIDAK!
semua balik lagi ke kamu. Coba jawab lagi pertanyaan berikut :
1.
Nyaman
gak kalau selalu merasa mudah jatuh saat di kritik ?
2.
Nyaman
gak kalau selalu merasa mudah sedih ?
3.
Nyaman
gak kalau selalu punya hari buruk cuman gara-gara kamu fast respon yang cenderung emosi negatif terhadap suatu peristiwa
yang kurang menyenangkan?
Kalau jawabannya adalah TIDAK NYAMAN, ya ubah
dong. Se sederhana itu kok. MEMANG BISA? Tentu bisa! batu yang keras aja bisa
jadi berlubang kalau di tetesin air terus – menerus , masa kamu gak. iya kan?
hehe
Cara Agar Gak Baper
Jadi orang Baper-an itu, It’s not a
bad thing sebetulnya, kebiasaanmu yang suka detail dan penuh dengan
kreatifitas serta daya imaginasi tinggi, hal itu bagus dalam menghasilkan karya yang gak biasa
yang bahkan orang lain gak akan kepikiran.
Tapi kalo interval feeling nya
kuat dan sering terjadi terus sampai menganggu aktivitas, Hal ini bisa menjadi
ancaman bagi kesehatan mental kamu sendiri. cape kan?
Jadi, wahai hati yang keras dan rasa takut yang terlalu erat merangkul jiwa, yuk paksakan diri untuk keluar dari cangkang dan hirup udara segar. Kasihanilah dirimu yang sudah sedemikian ringkih menahan beban berat emosi dan psikologis ini berlama-lama, terlalu lama sampai berakar dan beranak pinak.
Kekurangan dari jadi orang baper-an itu
adalah kalo terlalu ekstrim bapernya, bisa berpengaruh pada hidup
orang lain. apalagi buat kamu yang sudah menikah harus berhati-hati, karena
bisa berpengaruh terhadap keharmonisan berumah tangga.
Gak percaya? Nih curhatan
saya soal sisi buruk dari jadi orang BAPER-an
Di suatu pagi yang biasa saja, saya
bangun tidur terus mikir segudang rencana yang akan dilakukan hari itu. Saat
saya sedag melamun, tiba-tiba Pak Suami bertanya ,
" Mah, ikan tongkol udah di
ambil belum di warung teh neng? " tanya Pak Suami,
" Belum, aku ambil abis solat
ya " jawab saya sambil berkata dalam hati, Ya Allah! aku lupa!!
"Ok" Jawab Pak Suami
Sehabis solat saya bergegas ke warung Teh
Neng lalu ambil ikan tongkol nya.
" Semua jadi berapa Teh Neng"
tanya saya,
" 80 ribu teh "
jawab Teh Neng,
HAH? Eh Busyet!! 80 ribu!!! kok jadi mahal
banget?
" Wah mahal ya tongkolnya
teh? " tanya saya getir,
" Teteh pesennya Kan 1 kilo teh "
jawab Teh Neng,
MASYA ALLAH!!!!! saya mau bikin abon atau mau
dagang abon? Saya salah pesen! Harusnya seperempat kilo aja. itu juga cukup
buat ngisi 1 toples! Hah! bete gue! aslinya! Lalu saya pulang sambil berjalan
terhuyung dan rasa lapar yang tiba-tiba hilang.
" Bah, uangnya kurang "
ucap saya pada Pak Suami,
"Hah, kurang? emang berapaeun
semuanya? ' tanya Pak Suami keheran,
" 80 ribu! "jawab
saya sambil agak pelan ngomongnya,
" Hah??? Astagfirulloh!!! yang
bener Mah?? gak salah? beli berapa banyak? " wah Pak Suami marah
nih,
" 1 kilo " jawab
saya sambil nunduk,
" Ya Allah. Mamah ngelamun ya???
kan aku udah bilang jangan banyak-banyak dulu. dikit aja" ucap Pak
Suami dengan nada kesal,
" Iya, maaf Bah "
Jawab saya agak bete
End of conversation.
Lalu kami pun sarapan bareng walau saya tak
ada nafsu makan. Lantas, saya sudahi sarapan yang tak berselera dan bergegas
mengerjakan kerjaan domestik biar mood agak enakan. Rumah kinclong mood baikan,
pengennya gitu. Tapi abis beberes kelar, nih mood masih aja buruk.
Masalahnya, dalam hati saya merasa dan
berfikir,
" Duh Pak Suami jahat! lebih
mikirin duit ketimbang perasaan aku!! ini kan bukan masalah besar. uangnya gak
ilang, ikannya ada! cuman lebih banyak aja. Tinggal di bikin. Kenapa harus
marah begitu? Kaya yang aku ini ngelakuin kejahatan besar gitu! sebe! "
.
Kemurungan dan bad mood saya makin
menjadi-jadi. rasanya jadi pengen kabur dan lari .
Tapi tiba-tiba saya ingat, kejadian kaya gini
udah sering terjadi berulang kali. beda cerita tapi ujungnya sama. Biasanya
kalo udah gini, hari saya bakalan buruk sepanjang hari sampai menjelang tidur
malam harinya. akibatnya, masalah suka beresonansi sampai berhari-hari. Duh,
saya cape ngadepin hal kaya gini.
Lalu saya mandi dan sambil mandi saya ngomong
sama diri sendiri,
" Oh Eka sayang, udahlah. jangan
cemberut aja. ini bukan masalah gede, sayangilah harimu yang indah ini kalau
jadi berantakan hanya karena perasaan kamu. "
" Pahamilah suami-mu, dia lagi
rudet sama penjualan gak menentu kaya arah angin selama pandemi ini. Dia bukan
mentingin duit dibanding feeling-mu, tapi memang kan ya duit itu penting untuk
kelangsungan hidup. Jadi maklumi aja, itu bentuk khawatirnya dia aja. Lain kali
jangan lupa-an dan gegabah. ayo semangat lagi atuh!! "
Eh busyet, tetiba mood saya melesat naik ke
level terindah, maksudnya jadi jauuuhhhh lebih baik!!! Lalu saya memutuskan
pake baju paporit saya, dandan secantik mungkin dan pasang senyum. lalu masak
bikin abon sambil dengerin lagu blekping yang baru sambil joged dan
nyanyi,
" ha...ha.....ha....yu laik
dat??? ..... haw yu laik dat....daradat dat dat dat dat dat"
Alhamdulillah, sisa hari saya berubah menjadi
indah dan bahagia. lebay yah, wkwkwk. Tapi ini beneran, karena saya merubah
reaksi saya dengan cepat jadi output nya Pak Suami gak lama-lama ngambeknya. Begitu
ketemu dia lagi, saya udah cantik dan wangi sambil memasang wajah manis
tersenyum, dia juga jadi kesemsem kan ya....hehe. Akhirnya suasana mencair dan
terus begitu sampai malam hari tiba.
Akhirnya saya mengerti, mengubah respon itu
kuncinya.
Gak semua pikiran dan prasangka buruk kita
itu benar adanya, terkadang memang bisikan dan rayuan maut setan di telinga
kita terasa seperti supporting system
yang mendukung rasa sedih kita, Padahal kata setan,
" Eit.... jangan salah, aku ajak
kamu terjerumus pada lembah pertengkaran hebat dengan suami mu! huahahaha "
sambil bayangin ketawa jahat setan yaa...biar dramatis wkwk
TANOS CHALLENGE
Sebetulnya, pemahaman saya soal self love ini
juga berkat banyak diskusi ngaler ngidul (kesana kemari)
seputar menulis di blog dan soal self love sama sahabat saya renovrainbow selama kurang
lebih 2 bulan terakhir ini. ditambah saya baca postingan si doi yang ternyata
juga suka ngalamin hal kaya
saya ini.
Ada upaya nyata yang harus kita lakukan agar
kita bisa menjadi better person. Salah satunya adalah dengan menantang diri
sendiri. kok bisa?
Jika di lihat cerita saya di atas yang
tentang tragedi salah beli ikan tongkol? nah itu kan karena saya termasuk orang
yang sangat cepat bereaksi dan
sayangnya reaksi ini negatif dan
kejadian yang sama sering berulang.
Ini sangat mengganggu dan saya ingin berubah.
Lalu apa langkah konkritnya? Yaitu menantang diri sendiri lewat serangkaian
tantangan terkait self love. Apa itu Self love?
Untuk lebih jelasnya, kalian bisa kepo-kepo
web tetangga sebelah, eh bukan... blog Renovrainbow karena bulan ini, blog kak renovrainbow
akan membahasa soal Self Love.
Tapi kalau kamu penasaran apa itu Self Love,
saya bahas sedikit ya. Jadi, menurut psikolog Deborah Khoshaba Psy.D, self love itu adalah :
Self-love adalah keadaan apresiasi terhadap diri sendiri yang bersifat dinamis, yang tumbuh dari tindakan yang mendukung pertumbuhan fisik, psikologis, dan spiritual kita—tindakan yang membuat kita dewasa (Psychology Today, 2012).
Memahami dan mempraktikkan self-love merupakan hal yang esensial, karena seseorang yang tidak mencintai dirinya sendiri dapat berujung pada self-esteem (harga diri)—penilaian seseorang mengenai dirinya sendiri—yang rendah, terlalu fokus pada pikiran negatif, menyalahkan diri sendiri, melakukan tindakan melukai diri sendiri, dan menunjukkan sikap denial (penyangkalan).
Oke, udah kebayang kan? Ternyata saya memang
kurang mencintai diri sendiri, buktinya kebiasaan saya yang kerap bereaksi cepat yang negatif terhadap suatu kejadian yang tidak menyenangkan, berakibat
cukup fatal terhadap kehidupan keseharian saya. Oleh karena itu, saya
perlu nih memaksakan diri mempraktekan self love. salah satunya adalah dengan
melakukan challenge terkait self love.
Jadi, saya dan Kak renovrainbow sepakat untuk
bekerjasama menguasai dunia! hohoho, Oh bukan, sepakat untuk saling support dan
evaluasi pengembangan diri lewat challenge atau tantangan. Dan tantangan ini
akan terus berlanjut setiap bulan dan di evaluasi hasilnya,
1.
Apakah
akan kami teruskan atau tidak
2.
Apakah
berdampak postif atau tidak
3. Apakah
pada akhirnya tantangan ini menjadi bagian dari kebiasaan baru yang positif
dalam keseharian kami?
Tantangan ini kami beri nama TANOS alias TAntangan
NaON Sih ??
Seperti namanya, tantangan ini akan berpusat
terhadap point pengembangan diri. Seperti tantangan melatih rasa bersyukur
setiap hari, tantangan melatih positif thingking, tantangan melatih empati ,
memaafkan diri sendiri dan lain sebagainya.
Harapan nya sih, kami bisa menjadi versi the
best of me yang jauuh lebih baik dari hari ini dan hidup bahagia dengan
mencintai diri sendiri. kenapa?
Karena dengan mencintai diri sendiri, kita
akan memiliki pandangan yang positif terhadap hidup yang kita jalani. melalui
self love, kita juga bisa melihat hidup dari sudut pandang yang berbeda dan
bahagia dengan hal yang teramat sangat sederhana.
Jadi seperti apa sih wujud asli tantangan
TANOS ini? pantengin terus akun Ig kami ya @renoverainbow dan @efila_ info
update TANOS ini pasti akan kami posting di akun instagram kami masing – masing
dan juga di Blog.
Jadi, ayo segera paksakan dirimu untuk keluar
dari cangkang ke-baper-an lalu melangkah menuju dirimu yang lebih baik dan hidup
berbahagia.
Tapi, kalau lagi masak udang, cangkang udang
sih jangan dilepas ya, enak tuh di goreng kering. Eehmm yummy, nyam – nyam (
jadi laper kan ya! Hihihi )
wuaaah.. bacanya semangat banget akutu. kalian pasti bisa jadi lebih baik dalam waktu yg udah disepakati my teteh's, ahaha..
BalasHapusBtw, ternyata akutu baperaaan, tapi nggak level dewa juga sih, hihi..
ahamdulillah kalo dirimu ikut semangat! hihihi.
Hapusayo ikutan TANOS yuk, hihihi
Hi mba Eka, thanks for sharing such a mindblowing post 😍 hehehe. Sambil baca, saya sambil bertanya-tanya dan mencari jawaban dari pertanyaan di atas, lalu berpikir keras apakah saya tipe baperan (?) 🙈
BalasHapusSaya pribadi kalau kesal nggak pernah sampai seharian, paling lama sejam itu pun menurut saya sudah lama 😂 karena terpaling seringnya hanya beberapa menit saja. Padahal saya termasuk sering diceramahi pasangan 🤭 tapi entah kenapa saya nggak sampai kepikiran yang aneh-aneh, mungkin karena saya too much in love sama diri saya, yah ~
Tapi duluuuu, waktu masih muda *eakkh* saya termasuk orang yang gampang kepikiran. Semisal pagi saya rusak akan suatu hal, kepikirannya bisa sampai siang malam. Terus apabila kejadiannya parah, saya sampai menganggap hari tersebut menjadi bad day untuk saya dan saya akhirnya lupa sama hal-hal baik yang terjadi seharian. Kalau sudah begitu, saat malam tiba, saya jadi menyesal karena rasanya seperti membuang waktu 1 hari dengan emosi percuma 🙈 gara-gara itu saya lebih sering membatasi emosi saya, karena capek banget kalau setiap hari harus berusaha sempurna padahal hidup adalah tentang banyaknya tantangan dan ujian 😂
Cara saya untuk akhirnya bisa berubah adalah dengan selalu berpikiran positif, so what kalau ada masalah, cukup diperbaiki dan berusaha lebih baik lagi. So what kalau kena marah, apabila memang salah, terima dan berusaha berubah untuk kebaikan diri sendiri. Dan pikiran positif lainnya 😆 pelan-pelan, saya jadi bisa menerima kalau hidup adalah tentang belajar dari kegagalan, pagi yang gagal bukan berarti harus menghukum diri sendiri agar hari menjadi gagal secara keseluruhan 😍 dan betul yang mba Eka bilang, salah satu kuncinya adalah dengan mencintai diri kita sepenuhnya, baik buruk yang kita punya 😁 tentu sambil pelan-pelan mengenal diri kita, dan mengubah apa yang bisa diubah. Semangat untuk proyeknya, mba Eka. Semoga lancar 🥳
Eniho itu maksudnya nowadays sudah nggak pernah kesal seharian 😂 kalau duluuu banget a few years ago, saya pernah ada dimasa sering kepikiran tapi at some point sadar kalau hal itu nggak baik untuk kesehatan especially mental 😁 jadi saya berproses pelan-pelan. Harapan saya dan doa saya, semoga proses yang mba Eka jalani bisa berhasil dan mba Eka akan lebih mencintai diri mba sendiri. All the best, mba 😍
Hapusdear kak eno,
Hapussubhanallah, makasih banyak kak udah mampir ke artikel saya ini.
wah ternyata pengalaman kakak mengatasi mood dan rasa sedih/bete/kesel ini luar biasa ya. saya patut meniru nih kak. soalnya saya mulai merasa kewalahan dengan interval baper saya yang bisa dibilang parah ini.
saya setuju dengan statement kakak yang " tetap berfikiran positif dan menerima setiap kesalahan yang kita buat" lalu terima dan perbaiki.
dan ya memang benar, satu emosi yang sebetulnya gak krusial jangan dibiarkan berlarut sampai merusak hari yang bagus ya.
terimakasih banyak kak atas semangat dan suportnya juga doa. Aamin Ya Rabb. saya beruntung menjadi blogger, karena dipertemukan dengan teman yang tiada henti selalu support dan saling mendoakan.
thank you so much!!
Sepertinya kalo masalah baperan, kebanyakan perempuan ya? IBuku jg gitu sepertinya mba :D
BalasHapusbetul itu kak dodo, hihihi
HapusMba Ekaaaaa 😆
BalasHapusTernyata aku termasuk kaum baperan. Tapi kayanya ga baper tingkat tinggi. Dulu pas aku kuliah, aku diajarin untuk proaktif bukan reaktif atas suatu keadaan. Dari situ sedikit banyak ngaruh ke sikapku sih. Supaya jangan langsung reaktif akan suatu hal. Tapi ya dipikirin dengan kepala dingin dan cari solusi bukan malah nambahin masalah...
Terus memang, salah satu kunci dalam hubungan suami istri ya komunikasi. Sebelum kumenikah, aku dan suami tuh di-assess gitu sama psikolog pernikahan dan hasilnya tuh aku dan suami ga cocok karena kami tuh sama-sama mendam orangnya dan bisa jadi ambyar kalau sampai bomnya meledak. Makanya aku dan suami tuh disuruh sesi keterbukaan dulu untuk selesaiin masalah masing-masing. Di situ aku belajar untuk slalu terbuka dan ga mendam perasaanku. Kalau aku ga suka, ya bilang ga sukanya ke suami karena suami bukan tipe cowo peka yang bisa ngeh akan sinyal murung. Jadi memang harus komunikasi dan terbuka...
Aku setuju sama sikap mba Eka yang ga terus-terusan berkutat di perasaan sedih dan betenya. Seperti kata orang, kalau kita memancarkan aura positif, pasti orang di sekitar juga merasakan hal positif tersebut dan akan berbalik memberikan hal positif kepada kita...
Thanks for sharing kak Eka!! 😘
halo ka frisca,
Hapuswow ternyata kita sama - sama baperan ya, bedanya saya mah levelnya tingkat dewa! hihihi.
wah, respon proaktif ini patut saya coba nih kak. makasih ya.
betul kak, komunikasi dengan pasangan itu kunci utama hubungan ya. awalnya sih saya agak sulit, karena setelah menikah kami sama-sama sibuk dengan tanggung jawab dan kesibukan masing-masing sampai jarang pillow talk. tapi alhamdulillah, seiring waktu akhirnya saya juga bisa SAY NO, say gak suka dan maunya saya ini dan itu tanpa rasa sungkan.
makasih ya ka frisca atas sharing hal positif juga!! ^_^
iya untuk selalu bersikap proaktif sebenarnya tidak mudah. Tapi harus bias dilakukan hehehe
HapusIyaa kak Eka! Harus sering-sering latihan untuk terbuka yaa. Awalnya ga enakan, tapi kalo lama-lama dipendem malah rugi sendiriii
Sama-sama kak Eka ^^ Semoga kita jadi probadi yang lebih baik lagi ya :)
Kemarin mampir blm sempet komen nih. Komen ah..
BalasHapusSempat bgt di keadaan seperti itu. Bahkan utk hari esok aja aku pernah resah tak menentu. Waktu itu teh skripsi yg ditolak mulu sama bank tmpt penelitian. Allaaah kesalnya ampunilah.. Ot felt like the end. Mana ditanua mulu kapan kelar sama ortu.
Jadi mas suami yg saat itu jd pacar yg nemenin penelitian jd korban emosiku. Tapi suatu ketika diingatkan sama sebuah lagu. Badai pasti berlalu, katanya gitu. Terus beranikan diri ngadep dosen dan bilang masalahnya, eh direspon baik donk, dikasih saran pulaaa.
Tuhkaaaan, pasti berlalu .hadapi aja dengan cara terbaik. Usaha terus doa terus. Eaaa
Kalo skrg kayak gitu lg langsung cuus ambil buku coret coret deh.
dear teh ghina,
Hapusoh maafkan aku baru balas sekarang ya, huhuhu
kebayang itu betenya gimana skripsi di tolak mulu ya...hiks. tapi alhamdulillah ada jalannya ya, berkat support si yayang juga, hihihi
buku curat coret buat curhat ya, hihihi
Ikan tongkol 1 kilo... wawwww.... kereen... wakakakakak...
BalasHapusTapi honestly, sebagai suami, saya belajar untuk tidak merespon otomatis saat sebuah berita mengagetkan datang. Saya tahu hal itu akan "membebani" yayang di rumah yang sudah berjuang keras untuk mengatur keuangan. Meski kadang kaget karena satu dua hal, saya berusaha untuk tidak memperlihatkannya, walau kepala rudet juga.
Bagaimanapun, kadang situasi tak diduga datang.
Soal mencintai diri sendiri.. heemmm.. entahlah, apakah saya mencintai diri sendiri? Iya lah pastinya.. tapi saya melakukannya dengan cara yang saya suka. Saya ingin melihat dua orang kesayangan saya itu bahagia, kalau mereka gembira dan senang, saya bahagia..
hahahahaha...
Lebay yah.. tapi, mungkin karena sejak dulu saya di"didik" sebagai cowok untuk menjadi "pengawal" bagi keluarga. Jadi, saya terbiasa untuk tidak terlalu berpikir tentang diri sendiri dulu, tetapi lebih mengedepankan kepentingan "keluarga"/orang yang disayang..
Jadi, logika self love itu saya terjemahkan dengan melakukan "pemenuhan" tugas dulu sebagai pengawal keluarga.
Setelah bicara teoretis, saya kembali ke ikan tongkol... wakakakak..
Kalau saya salah beli ikan tongkol 1 kilo, penyelesaiannya mudah sih. Di rumah banyak kucing , jadi bisa buat makan mereka.. wakakakaka
selamat malam kak anton, maafkan baru saya balas 2 hari kemudian. karena ini dan itu saya baru cek blog lagi, hihihi.
Hapusakhirnya saya mendapatkan point of view dari sudut para suami yang diwakili kang anton, hehehehe
jadi ternyata, memang benar adanya kalo para suami mengedepankan istri dan anak ketimbang diri mereka sendiri ya, makanya kenapa kalo udah urusan cuan kadang suka agak rudet, karena itu salah satu bentuk tanggung jawab terbesar para suami, betul tidak kang?
jadi self love ala para suami adalah, mengedepankan kepentingan keluarga di atas dirinya sendiri, i see... makasih insight nya kang
ikan tongkolnya berhasil dijadiin abon semua, sampai 3 toples! hahahaha
si meong? udah dikasih jatah duluan, hihihihi
Ih suka banget nget nget nget sama tulisan eka. Aku juga termasuk gampang baperan sih ehehe
BalasHapusKadang rudet juga sama kebiasaan ini, tapi mau gimana? Ya paling caranya dengan husnudzon, isir jauh prasangka negatif
halo kak ami,
Hapusmakasih kak udah berkunjung ke artjoka ^_^
ternyata kita sama ya baperan juga, hihihihi
Kalau aku tanpa harus mikir lebih dalam sudah sadar diri kalau sebenarnya aku adalah orang yang baperan, Mbak. Tapi entah kenapa setelah nikah malah sedikit demi sedikit belajar mengontrol emosi. Mungkin juga gara-gara suami suka ngadem-ngadem hatiku setiap kali lagi panas-panasnya.🤭 Tapi bingung juga sih kalau bapernya sama suami, ntar yang ngadem-ngadem siapa 😅
BalasHapusTapi aku kepo banget nih sama challenge yang dilakukan Mbak Eka. Siapa tau aku juga bisa ikutan juga. Supaya bisa ngilangin baperan dan juga overthinking😁
halo kak roem, apa kabar???
Hapuswiihh samaan kitaa... udah ngerasa baper duluan sebelum di test ya, hihihi
ternyata pernikahan membawa banyak dampak positif ya kak. karena saling melengkapai dengan pasangan. kalo lagi baper sama paksu, ikutin cara aku kak...joged bareng blekping, hihihihi
yuk kak ikutan TANOS, kalo banyakan lebih seru kayanya. jadi TANOS ini intinya challenge diri sendiri buat mengurangi apa yang kurang di kita dan menjadikan hal positif jadi kebiasaan. kaya baper itu tadi, misal mih levelnya udah agak di angka 10 , lewat challenge nahan emosi, pengalihan pikiran negatif semoga bisa nurunin levelnya minimal di angka 7 atau 8, kan lumayan ya.
caranya?? ikutin update postinganku ya kak, nanti dijelasin cara-caranya gimana
makasih banyak kak roem ^_^
Salam kenal mbaa... Emang jadi orang baperan itu sulit kayaknya utk bergaul ya. Paling gaulnya sama itu itu aja. Mungkin aku bisa dibilang baperan tapi kalau urusan pekerjaan aku akan hilangkan sebisa mungkin
BalasHapusdear kak maria,
Hapushalo salam kenal kak. makasih udah berkunjung ke artjoka ^_^
orang baper an sih gak sulit bergaul, cuman sulit menangani permasalahan karena sifatnya yang reaktif ketimbang proaktif, jadi ya...agak menghambat hubungan sih, hihihihi.
tapi kalo soal temenan sama yang itu itu aja, yah ada benarnya mungkin, tapi kembali lagi ke pribadinya masing - masing. karena HSP ada level introvert dan ektrovert nya
Haloo Mba Eka, salam kenal yaa. Aku ke sini abis baca postingan pemenang sayembara di blognya Mba Eno. Kunjungan pertama langsung jatuh cinta dan dibuat mikir oleh tulisan Mba Eka ini 😍
BalasHapusSebagai seorang INFJ (sejati), dengan bangga saya menyatakan saya adalah salah satu dari geng baper! 😂
Sebelumnya aku nggak sadar bahwa aku bisa sebaper ini sampai akhirnya menjadi seorang ibu. Wah parah deh. Melihat diriku 2 tahun yang lalu, sensitif sekali dengan komentar orang lain. Dikit-dikit marah dan seringnya nangis sendirian. Nggak heran suka kena "omel" suami karena terkadang kebaperanku suka melewati batas. Dia tuh ingin aku belajar lebih tegar, lebih tough, gak semua harus dibawa perasaan.
Cerita Mba Eka soal tongkol sekilo (maaf yaa aku ketaea dikit Mbaa 🤭), juga pernah kejadian di aku waktu masih gadis *halah*. One day, aku diminta mama pergi mencetak beberapa dokumen untuk bisnis beliau. Saat membayar, aku sadar betul bahwa ada pesanan yang salah, melebihi pesanan mama. Entah mengapa aku malah diam saja dan nggak mengoreksi. Nota pun kuserahkan ke mama dan bisa ditebak, mama pun ngoceh-ngoceh karena tidak sesuai. Harusnya kalau tau salah, ya harus berani bilang, jangan diam saja. Dan aku pun disuruh kembali ke percetakan untuk perbaiki kesalahan sendiri.
Sejujurnya saat ditegur mama sendiri aku malu sekali 😭 sempat mood drop dan bete sama mama, namun aku belajar sesuatu dari pengalaman yang nggak terlupakan ini. Beliau menegur aku pasti karena ingin anaknya lebih bertanggung jawab dan berani mengaku kesalahan. Bete hilang tergantikan dengan rasa terima kasih atas pelajaran sederhana ini.
Memang kadang terlalu cepat merespon itu nggak selalu baik, gawatnya aku malah keseringan seperti ini. Tapi menarik yaa. Baper, cara merespon masalah ternyata berkaitan dengan self love. Aku belum pernah realize tentang ini sebelumnya.
Syukurnya sampai hari ini aku udah nggak sebaper dulu, Mba 🤭 kadang-kadang masih, tapi sekarang mencoba untuk menjabarkan perasaan tersebut, apakah wajar, bisa diterima atau cuma emosi sesaat. Dan nggak nyangka sih, menjadi orangtua bisa membuatku belajar banyak hal tentang diri sendiri lagi 😊
Thank youu Mba Eka atas tulisan kerennyaaa. Maap yaa komentarku jadi panjang 😅
Aduh ada yang typo.. Maksudnya aku ketawa dikit baca cerita tongkol sekilo 🤭
Hapusdear kak jane,
BalasHapushalo kak jane, maaf ya saya baru balas hari ini, huhuhu
Tos dong kita kak jane,
aku juga sering kena "omel" paksu kalo udah mulai drama-drama pundung, nangis dan wajah asem! hihihi. katanya aku harus ngurangin kadar sensitif, gak baik buat aku juga buat kita. tapi gak semudah itu jadi orang yang sensitif jadi gak terlalu sensitif.
tapi seiring waktu dan banyak memahami ini dan itu, bisa juga berkurang walo sedikit. yang penting ada perubahan lah, hihihihi
makanya saya pengen banget bisa jadi gak terlalu baper-an, bikinlah challenge ini. hihihi
ikutan yuk kak, next project tapi, yang ini udah jalan soalnya.
btw, setelah kita menjadi ibu, emang sih tingkat baper dan sensitif naik, gak ngerti kenapa aku juga. mungkin karena kita melalui banyak proses ya. mulai dari hamil yang gak mudah, melahirkan yang susah payah, menyusui, membesarkan. punya peran baru ini memang menyita banyak perhatian kita, sampai lupa sama diri sendiri. akhirnya jadi agak mudah baper dan sensitif
salam hangat kak,
eka