montessori dan idealisme mendidik anak

5 komentar










Dari awal sejak saya berhasil merayap perlahan keluar dari kubangan baby blues syndrome, 6 bulan setelah melahirkan keenan, saya mulai tertarik pada montessori, saya follow akun montessori indonesia dan langsung bikin kurikulum montessori buat keenan sampai dia usia 1 tahun. saya bikin sendiri semua tools pembelajaran dan sebagian beli yang sesuai budget. tapi lepas 1 tahun, saya stop karena kepindahan ke rumah baru, 3 bulan setelah kepindahan saya lanjut montessori lagi, semua file pembelajaran dan print out udah siap, tinggal jalan. tapi lagi-lagi terhenti karena kehamilan anak kedua, kilan. repot dengan kehamilan kedua yang sering keluar masuk rumah-sakit dan my mental health agak terganggu, saya stop montessori keenan dan fokus sama kehamilan. setelah kilan lahir, selain mengurus bayi kilan, saya juga bergelut dengan sakit selama 2 tahun. sehingga, montessori, lagi-lagi terabaikan.

lalu sekarang setelah keenan akhirnya masuk sekolah TK, saya akhirnya memilih stop montessori keenan. saya nyerah. betulan. karena berbagai kesibukan urusan rumah tangga dan urusan mendulang rupiah terkadang masih menjadi prioritas saya. juga, secara pribadi saya ini orangnya sungguh sangat lack of patient and easy to give up when he say no! dan saya gak bisa konsisten dengan kurikulum dan schedule yang udah saya susun sedemikian rupa sampai matang. sayang sebetulnya, karena saya yang jadi kunci permasalahannya. bukan anak.

Tapi bukan berarti saya menyerah, akhirnya saya punya solusi yang bisa dibilang win-win solution, saya kasih keenan "kuliah lapangan" yang disesuaikan dengan kurikulum TK-nya, semisal belajar soal alam, yah saya bawa ke sawah dan ngumpulin tanah,pasir,kerikil, lumpur, tanaman, bunga, daun, ranting,akar dan lain-lainnya sambil komat-kamit cerita ttg bumi, matahari, gunung, sungai, laut dan lain-lain. kalo sekolah ngasih pe-er bikin karya atau bikin yang "aneh-aneh" saya malah suka. karena lewat praktek, anak jadi punya pengalaman walo 90% yang bikin pasti emak-nya. solusi kuliah lapangan ini akhirnya bisa ngasih saya waktu buat mengurus semua hal, urusan rumah tangga, urusan mencari rezeki dan pendidikan anak dan yah tentu urusan saya pribadi ( menulis dan menggambar ).



sampai di titik ini, impian saya buat homeschooling keenan memang masih jauh dari kenyataan, karena montessori-in aja masih kesulitan. saya cuman bisa ngacay tiap liat IG nya montessori indonesia, diyangjingga dan sahabat saya Evha Ummu Azmi , karena buat homeschollig-in anak itu butuh persiapan dan effort yang gak mudah, termasuk soal kesiapan emak yang 90% jadi sumber ilmu anak, extra sabar dan siap cape udah pasti, juga siap soal rupiah.

sama hal nya dengan montessori. memang kalau ada niat pasti ada jalan, buat montessori misalnya, gak harus pake tools yang mahal-mahal, kita bisa bikin dari bahan reuse-recycle yang ada disekitar kita, dan yah nambah beli ini itu dikit lah. tapi yah, idealisme saya pikir juga harus realistis, sesuaikan dengan potensi dan kondisi yang kita miliki. saat ini idealisme saya memang tidak seperti idealisme pendidikan yang saya harapkan, jauh. but at least, i do my best to give him best education as much as i can and as much as i can pay, hehe

saya gak berharap keenan & kilan masuk jajaran ranking terbesar nanti atau jadi bintang kelas, atau jadi anak yang cerewet pinternya dan cerdas melebihi teman-temannya yang lain. 
oh tidak demikian. Walau kalo misalnya keenan dan kilan akhirnya jadi juara kelas juga yah pasti bangga atuh, orangtua mana yang gak bangga kalo anaknya berprestasi?  tapi saya akan lebih bangga kalo mereka bisa berprestasi di bidang yang mereka suka. 

Mengapa saya keukeuh pisan keenan pengen saya homeschooling-in dan montessori, karena saya ingin memberikan mereka imu sebanyak-banyaknya bahkan diluar yang saya ketahui, saya ingin menawarkan seisi ilmu dunia dan akhirat kalau bisa, sehingga mereka bisa memilih jalan hidup yang paling cocok dengan mereka dan mereka konsisten disana. saya ingin mereka menjalani hidup yang bahagia dan penuh empati, penuh syukur dan mengetahui jati diri mereka sendiri lewat ilmu. karena saya menyukai ilmu, apalagi hal yang tidak saya ketahui. rasanya seperti menemukan kotak pandora dan terkejut bahagia dengan isi yang ada didalamnya.

sungguh, saya salut sama emak yang bisa konsisten dengan kurikulum dan schedule montessori mereka. itu gak mudah. two thumbs up!!!

Dan buat emak yang tebentur situasi seperti saya, kita ubah nilai idealisme kita dengan idealisme yang lebih realistis, sesuai kemampuan kita dan juga isi dompet!

begitcuu
Eka FL
Momblogger Bandung | Digital Illustrator & Graphic Designer | Agriculture and Landscape Architecture Bachelor Degree

Related Posts

5 komentar

  1. Betul, saya juga salut sama emak yang praktik full montessori dan homeschool. Keren ya. Yuk, ah, semangat semangat, harus tetap rajin belajar lagi menjadi ortu yang lebih baik lagi.

    BalasHapus
  2. wah, parenting tuh berat yaa... Terus jadi nemu kosakata baru buatku, yaitu montessori. Haha aku ga ngerti soal itu.

    BalasHapus
  3. aku juga masih belajar mba, yg sulit itu prakteknya, hehehe

    BalasHapus

Posting Komentar