Ada sebuah postingan catatan di facebook mengenai Ghost Parenting yang menjadi landasan awal saya kenapa saya “akhirnya” bertekad jauh
lebih kuat buat benahi diri sendiri dan mengakhiri diri sendiri jadi ABUSE
PARENT. ini cerita saya soal ghost parenting yang saya alami abuse parent dan ghost parenting
Postingan ini inspiratif sekali, dan bikin saya mewek. Catatan ini milik kawan baru saya di facebook, Vainginselaluistiqamah , dan ini link catatannya : catatan ummu azmi
berikut
postingannya :
berkali-kali
dapat curhatan tentang luka lama yang kembali menganga ,
tentang masa kecil yang perih atau semacamnya ,
lalu hadir kembali dalam bentuk serupa saat kita pada akhirnya merasakan menjadi orang tua,
tentang masa kecil yang perih atau semacamnya ,
lalu hadir kembali dalam bentuk serupa saat kita pada akhirnya merasakan menjadi orang tua,
"apa
karena saya juga sering diperlakukan begini oleh orang tua ?"
saya balik bertanya "menurut mba bagaimana?"
Ada berparagraf paragraf cerita,
saya balik bertanya "menurut mba bagaimana?"
Ada berparagraf paragraf cerita,
Saya
lanjut bertanya ,
"jika kita hari ini menyalahkan mereka, lantas mereka harus menyalahkan siapa?"
Pertanyaan retoris sebenarnya,
"jika kita hari ini menyalahkan mereka, lantas mereka harus menyalahkan siapa?"
Pertanyaan retoris sebenarnya,
maka
cerita akan bersambung ke hulu nasab : nenek moyang yang sama sama menunggu
yaumil hisab,
Toh mereka juga harus mempertanggungjawabkan apa yang telah mereka lakukan pada Allah
------------
Toh mereka juga harus mempertanggungjawabkan apa yang telah mereka lakukan pada Allah
------------
saya
pun belajar, membuka pahami berbagai teori psikologi. memang perilaku saat ini
kait-terkait dengan pengalaman sebelumnya.
kabar
baiknya, hal ini bisa kok diperbaiki. karena kita manusia, bukan mesin
pengulang otomatis tanpa kendali.
lalu
bagaimana ?
menyalahkan
orang lain atas kesalahan diri kita adalah mudah, tapi apakah menyelesaikan
masalah ?
Jika kemarahan, kesepian dan kekhawatiran kita saat ini terbentuk dalam bertahun-tahun episode berulang : dan ada peran orang tua yang membentuk perilaku negatif tersebut,
Jika kemarahan, kesepian dan kekhawatiran kita saat ini terbentuk dalam bertahun-tahun episode berulang : dan ada peran orang tua yang membentuk perilaku negatif tersebut,
setelah
tahu, Apakah luka jadi mengering dan sembuh ?
apakah perihnya hilang seketika saat kita melempar musabab itu pada orang tua yang kian renta?
apakah perihnya hilang seketika saat kita melempar musabab itu pada orang tua yang kian renta?
jika
benar kesalahan mereka penyebab luka, obat seperti apa yang kita pinta?
permohonan maaf dan pengakuan dosa pada kita ?
benarkah hal itu menjamin benar-benar ada lega ?
permohonan maaf dan pengakuan dosa pada kita ?
benarkah hal itu menjamin benar-benar ada lega ?
apakah
perlu menunggu bertahun-tahun permohonan maaf mereka
Tak bisakah kita sendiri .... menggerakkan tangan ke dada dan mengeluarkan sesak menggumpal-gupal dalam jiwa ,
tersenyum perlahan dalam isak air mata,
"biar keluar debunya bersama percik wudhu"
"merunduk sombong dalam sujud syahdu"
sesadar diri bahwa tak ada yang tak pernah berbuat salah
sebagaimana hanya perlu menunggu salam setelah tahiyyat terakhir,
mulai mengatakan "aku memang luka. Tapi aku telah memaafkanmu....pak, bu"
Seraya memulai menemui mereka dan meminta maaf pula: atas lebih luka yang kita toreh ,
Tapi mungkin mereka sudah melupakannya,
Tak bisakah kita sendiri .... menggerakkan tangan ke dada dan mengeluarkan sesak menggumpal-gupal dalam jiwa ,
tersenyum perlahan dalam isak air mata,
"biar keluar debunya bersama percik wudhu"
"merunduk sombong dalam sujud syahdu"
sesadar diri bahwa tak ada yang tak pernah berbuat salah
sebagaimana hanya perlu menunggu salam setelah tahiyyat terakhir,
mulai mengatakan "aku memang luka. Tapi aku telah memaafkanmu....pak, bu"
Seraya memulai menemui mereka dan meminta maaf pula: atas lebih luka yang kita toreh ,
Tapi mungkin mereka sudah melupakannya,
Sebagaimana
kita mengharapkan permohonan maaf mereka,
Mengapa tak bertanya hal yang sama pada diri sendiri yang juga jadi orang tua
"Sudahkah saya minta maaf pada anak anak saya?"
Mengapa tak bertanya hal yang sama pada diri sendiri yang juga jadi orang tua
"Sudahkah saya minta maaf pada anak anak saya?"
Mereka
pun menunggu sebagaimana kita menunggu
Apakah
benar ada orang tua yang sempurna tanpa cela?
Jika memang tak ada ,
Mengapa tak menyisakan ruang bernama maaf dan lupa ,
Ya melupakan dan menghapus memori tentang luka ,
Biar ada lebih banyak ruang memori yang tersisa ,
Untuk menyimpan kenangan baik yang bermiliar byte jumlahnya ,
Untuk membuka ruang ruang baru bernama cinta,
Jika memang tak ada ,
Mengapa tak menyisakan ruang bernama maaf dan lupa ,
Ya melupakan dan menghapus memori tentang luka ,
Biar ada lebih banyak ruang memori yang tersisa ,
Untuk menyimpan kenangan baik yang bermiliar byte jumlahnya ,
Untuk membuka ruang ruang baru bernama cinta,
Jika
memang berat terasa : mintalah bantuan pada pencipta jiwa ,
Karena IA yang meminta dan mewajibkan kita berbuat baik pada orang tua,
Karena IA yang meminta dan mewajibkan kita berbuat baik pada orang tua,
Bukankah
IA tak pernah meminta yang kita tak bisa menyanggupinya ?
"Dan orang orang yang beriman (kepada Allah) dan mengerjakan kebaikan
"Dan orang orang yang beriman (kepada Allah) dan mengerjakan kebaikan
Serta beriman pada apa yang diturunkan kepada Muhammad
Dan itulah kebenaran dari Tuhan mereka
Allah akan menghapus kesalahan-kesalahan mereka
Dan memperbaiki keadaan mereka" (QS Muhammad ayat 2)
Mengetahui bahwa kita terluka Memang tak menyelesaikan masalah ,
Dan itulah kebenaran dari Tuhan mereka
Allah akan menghapus kesalahan-kesalahan mereka
Dan memperbaiki keadaan mereka" (QS Muhammad ayat 2)
Mengetahui bahwa kita terluka Memang tak menyelesaikan masalah ,
Tapi jujur mengakui bahwa semua manusia juga lemah dan punya salah
Akan mengantar kita pada titik "aku butuh Allah yang Maha Sempurna"
Akan mengantar kita pada titik "aku butuh Allah yang Maha Sempurna"
Maka
perjalanan mengobati luka Pada dasarnya dimulai Dari keyakinan terhadap penyembuh luka yang tak pernah salah : mendekat terus
padaNya
Memulai satu kebaikan ,
Terus berbuat kebaikan kebaikan ,
Sampai Allah menghapus kesalahan Dan menyempurnakan keadaan,
Memulai satu kebaikan ,
Terus berbuat kebaikan kebaikan ,
Sampai Allah menghapus kesalahan Dan menyempurnakan keadaan,
Ingatlah
lebih banyak jariyah mereka ,
Suatu saat kita akan sadar bahwa
"Hantu itu hanya ada dalam imajinasi kita",
Suatu saat kita akan sadar bahwa
"Hantu itu hanya ada dalam imajinasi kita",
25
September 2017
Untuk semua yang pernah terluka, tapi masih meyakini Kasih sayang Allah
Ninin Kholida
Untuk semua yang pernah terluka, tapi masih meyakini Kasih sayang Allah
Ninin Kholida
Baca postingan ini saya jadi semangat bikin mind map yang setelah saya renungkan, solusinya
hanya 5 point, yaitu :
1. MEMAAFKAN
Maafkan semua perlakuan kasar
orangtua kita dimasa lalu, maklumi semua tindakan mereka dimasa lalu karena
kita juga tau, kalo jadi orangtua itu tidak mudah, mengendalikan emosi dan
amarah adalah dua hal yang tersulit dilakukan. Jangankan untuk urusan
pengasuhan anak, untuk diri sendiri juga sama sulitnya.
2. Kembali
pada Tuhan
Maksud kembali pada Tuhan adalah
bukan hijrah yang instan, tapi hijrah yang perlahan tapi pasti. Hijrahr bukan
soal kita gak pake hijab langsung pake hijab, ato yg udah berhijab jadi pake
hijab syari, yaa itu juga termasuk, tapi yang paling utama adalah hijrah
kebiasaan. Yang awalnya solat saya bolong-bolong, mulai benahi biar gak bolong,
tahajudnya dikerjain lagi, baca al-qur’an lagi walo hanya satu ‘ain/hari,
banyakin sedekah dan PERBANYAK SEDEKAH. Semua itu harus dikerjain secara
KONSISTEN. Gimana caranya biar bisa konisten? Saya bikin bullet journal ( nanti
saya bahas di postingan selanjutnya ya ). Saya tau, buat melakukan point 2 ini
dahsyat sulitnya, apalagi buat konsisten. Karena yang namanya iman, pasti ada
futurnya, tapi dengan paca postingan ini dan sering-sering dengerin taushiahnya
kang ibing bisa narik saya insyaallah buat back on track.
Sebelum melakukan point kedua ini,
ada hal yang paling mendasar yang harus saya lakukan dulu, yaitu PERCAYA PADA
TUHAN!!
Nah lho, apa hubungannya? Oh tentu
ada fernando.
Terkadang, kesulitan hidup dan luka
masa lalu bikin kita ( atau dalam hal ini saya sendiri) sering mengalami
ketidakpercayaan pada TUHAN, bukan tidak percaya, tapi lebih tepatnya adalah
marah pada Tuhan, karena “WHY ME” TUhan? Why me? Saya tau marah pada Tuhan itu
bagian dari dosa. Tapi itu adalah hal yang tak bisa di hindari. Klo sudah
begini, biasanya saya harus kembali
melakukan “pembersihan” lagi, di mulai dari curhat sama sahabat terdekat
saya soal kapusing dan kamumet mengenai persoalan hidup. Alhamdulillah, Tuhan
kasih saya sahabat yang demikian inspiratifnya kalo menyoal Tuhan, teman yang
demikian adalah rezeki mak, rezeki yang gak tertandingi nilainya. Kalo udah
terinspirasi, segera mandi tobat sebagai langkah awal tobat kita. Memang
terkesan naif dan lebay, tapi terkadang kita perlu melakukan hal simbolik agar
apa yang kita bisa mulai memasuki gerbang
perubahan.
Kalo sudah yakin lagi sama Tuhan,
buat kembali membenahi semua ibadah akan terasa lebih nikmat.
Apakah point ini akan dilaksanakan
terus menerus tanpa hambatan? Yah gak lah marisol, iman itu layaknya air
bendungan, kadang naik kadang turun. Gak selamanya semangat dan kadang lebih
banyak turunnya ketimbang naiknya. Tapi setidaknya, kalo kita udah punya SOP
alias standar operasional point 2, saat iman kita turun, kita tau apa yang
harus dilakukan dan kita bisa back on track.
3. Lakukan
ANGER MANAGEMENT
Hanya satu yang perlu dilakukan,
ketika kita JENGKEL sama pak suami, MANGKEL sama tetangga yang sotoy, KESEL
liat rumah berantakan terus PENGEN BENTAK, PENGEN NYUBIT, PIKIRAN RUDET lalu
liat anak rewel terus pengen lampiasin ke anak SEGERA lakukan hal ini : CUBIT
BAGIAN TUBUH SENDIRI dan RASAKAN SAKITNYA! Itulah rasa sakit yang akan
anak-anak kita rasakan kalo kita cubit mereka.
Ini adalah saran dari adik tersayang
saya ketika saya curhat soal parenting ghost, karena kami sama-sama diperlakukan
sangat tidak manis oleh orangtua kami dimasa lalu. Dan untuk saran jitu ini,
saya sangat berterimakasih padanya.
4. ME
TIME
YES!! Ini paporit saya. Saya sudah
bicarakan hal ini dengan pak suami, dalam rangka menjaga kewarasan saya dalam
menjalani profesi sebagai IBU RUMAH TANGGA FULLTIME, maka me time adalah suatu
keharusan. Gak harus mewah, maximal 3 bulan sekali selama 6 jam. Ntah saya mo
ngapain bebas, ke salon, nonton bisokop, ketemu sahabat lama ato leye-leye
tiduran di rumah ibu saya, hehe. Yang penting setelah me time ini, mumet-nya
pikiran saya dan jenuhnya saya akan sama persisnya rutinitas yang saya lakukan setiap
hari terobati dan saat kembali ke rumah, saya udah segar kembali.
5. SABAR
Hey, ini tidak mudah lho, Tapi kalo udah niat,
insyaallah pasti bisa. Caranya? Klo udah keluar tuh tanduk di kepala gara-gara
kelakuan anak-anak yang luarbiasa kreatifnya, ELUS DADA terus bilang sama diri
sendiri, “SABAR-SABAR” walo sambil pake suara “sedikit” mengggeram kaya kucing
lagi kawin, hehehe
6. PAHAMI
Pahamilah, kalo anak-anak yaah
namanya juga anak-anak, OTAKNYA BELUM MATENG, ATTITUDE BELUM KEBENTUK, POLA
PIKIRNYA LABIL, EMOSINYA KAYA CUACA ( gak menentu). Namanya juga makhluk lagi
berkembang, ya begitulah adanya. Kalo kelakuan kita sama kaya anak kita, lha
marisol jadi bingung nih, siapa yang jadi anak dan siapa yang jadi orangtua????betul
gak mak?? Hihihihi,
Sekian.
Saya tau, pembahasan soal parenting ghost ini ngaler – ngidul. Bahkan saya bawa –bawa cerita dari ranah pribadi soal masa lalu saya sampai kelakuan saya sama anak-anak saya yang bisa bikin ILFIL orang yg kenal saya, yang hal ini bisa dibilang aib, tapi , I don’t feel regret, NO! saya ingin share hal ini juga sebagai terapi buat saya sekaligus pengingat, kalo saya lagi lemah dan ingin lari, saya bisa buka curhatan saya ini dan semoga bisa back on track.
Saya juga ingin berbagi biar emak yang saya yakin juga mengalami hal yang sama persis kaya saya bisa terinspirasi. Karena saya tau, rasanya gak enak. Hidup rasanya mumet dan gak happy. Sementara saya, lelah bertahun-tahun mengalami depresi sebagai anak korban perceraian dan sekarang mengalami ghost parenting. Saya ingin hidup saya jauh lebih happy. Karena, suka atau tidak suka, sekarang saya bukan lagi saya yang berumur 25 tahun yang bebas kesan-kemari mo ngapain aja gak ada tuntutan. Hidup akhirnya mengantarkan saya pada titik ini, dimana sekarang saya jadi seorang wanita berumur 36 tahun, jadi gendut, wajah gak seger lagi, gaulnya sama emak-emak yang nganter anaknya ke TK dan tiap hari ngurusin hal yang sama sama secara berulang, inilah hidup saya sekarang,
BANGUN EKA!!! BANGUN!!!! SADAR OY
SADAR!! KAMU SEKARANG ADALAH SEORANG IBU!!! Emang jadi ibu gak semulus film – film box
office, yang ditonjolin bagian manisnya ajah, tapi ternyata jadi ibu itu
MELELAHKAN TIADA AKHIR.
Tapi hey, bukan kamu aja yang
ngalamin kaya gitu, SEMUA IBU JUGA
MERASAKAN HAL YANG SAMA!!!!
Jadi, biarlah lelah kita yang tiada
endingnya , gak kaya film snow white yang
happy ending, semoga lelah kita ini diganti ALLAH SWT balasan surga diakhirat nanti. Aamiin.
Tergoda kan kalo ditawarin surga
mah?? Tentu atuh, hehe
---------- SEKIAN ---------
Semoga terinspirasi
Posting Komentar
Posting Komentar